PAGARALAMPOS.COM - Jenderal Hoegeng Iman Santoso pernah dibikin nangis oleh Presiden Ke-2 RI, Soeharto. Usut punya usut, Jenderal Hoegeng ternyata mempunyai darah ningrat. Ayahnya, Soekarjo Kario Hatmodjo merupakan seorang jaksa dan ibunya bernama Oemi Kalsoem.
Kala itu, teman Ayahnya yang bernama Ating Natadikusumah adalah seorang perwira polisi yang menjadi inspirasi Hoegeng memilih karirnya sebagai polisi.
Hoegeng mendapat julukan polisi jujur karena sikapnya yang selalu berterus terang, apalagi ketika menghadapi penyelewengan-penyelewengan.
Pada 1968 Hoegeng diangkat menjadi Kepala Polri oleh Presiden Soeharto. Kala itu tengah marak terjadinya kasus penyelundupan.
BACA JUGA:Resmikan Monumen Hoegeng, Kapolri: Tokoh Panutan yang Harus Diteladani
Kasus yang berhasil ditangani Hoegeng dan cukup terkenal pada masa itu, diantaranya kasus penyelundupan mobil mewah yang didalangi oleh Robby Tjahyadi.
Termasuk, kasus pemerkosaan gadis 17 tahun asal Yogyakarta yang kala itu kasusnya disebut Sum Kuning.
Setelah menangani kedua kasus tersebut, beredar isu pencopotan Hoegeng dari jabatannya sebagai orang nomor satu di Korps Bhayangkara.
Menteri Pertahanan dan Keamanan, Jenderal Maraden Pangabean, menjadi perantara memberikan surat pemberitahuan sekaligus penugasan kepada Hoegeng sebagai Duta Besar untuk Belgia. Padahal waktu itu masa jabatan Hoegeng belum usai.
BACA JUGA:Pesan Kapolri Kepada Pemenang Hoegeng Awards 2023
Hoegeng pun menemui Presiden Soeharto. Pada pertemuan tersebut Presiden Soeharto mengatakan, "Tak ada tempat di negeri ini untukmu, Geng."
Karena merasa tak pantas untuk jabatan diplomat, akhirnya Hoegeng memilih mundur dari keanggotaannya di Kepolisian.
BACA JUGA:Ditengah 'Panas' Kasus Ferdy Sambo, Jenderal Hoegeng Diusul Jadi Pahlawan Nasional
Tak sampai disitu, menjelang pernikahan Prabowo dengan Titiek. Soemitro, Ayah Prabowo yang merupakan teman dekat Hoegeng, pernah meminta Hoegeng untuk menjadi saksi di pernikahan Prabowo.
Namun Presiden Soeharto, Ayah Titiek melarang Hoegeng untuk datang di pernikahan tersebut. Pecahlah tangis Hoegeng pada saat itu. (*)