PAGARALAMPOS.COM - Pasukan Rusia tahun ini akan dibekali dengan senjata berteknologi terbaru yang dikenal sebagai rudal S-500, sebuah sistem pertahanan udara canggih yang diprogram untuk mencegat semua jenis sistem senjata hipersonik modern dan rudal antarbenua (ICBM).
Selain itu, S-500 juga diklaim mampu menghadang jet tempur musuh bahkan satelit di orbit rendah bumi.
Dilansir oleh media Rusia, TASS, Menteri Pertahanan Rusia, Sergey Shoigu, mengungkapkan bahwa pasukan akan segera menerima sistem rudal pertahanan udara S-500 generasi berikutnya dalam dua modifikasi – sistem rudal pertahanan udara jarak jauh dan kompleks pertahanan anti-rudal, yang akan menjadi evolusi dari sistem-sistem sebelumnya seperti S-400 dan Sistem rudal pertahanan udara S-300V4.
Shoigu juga menyebutkan bahwa pasukan akan menerima sistem rudal Buk-M3, Tor-M2U, dan stasiun radar generasi berikutnya.
BACA JUGA:Sinopsis Brave Yong Soo Jung, Comeback Uhm Hyun Kyung Memperebutkan Kekuasaan, Yuk Nonton
Teknologi dan Kemampuan
S-500 merupakan generasi baru sistem rudal pertahanan udara Rusia yang mampu menerapkan prinsip penyelesaian tugas terpisah, yaitu penghancuran target balistik dan aerodinamis.
Rudal S-500 Prometheus, yang juga dikenal sebagai 55R6M "Triumfator-M", dikembangkan oleh Rostec Corporation.
Meskipun mulai diproduksi sejak tahun 2014, unit pertama dari S-500 baru beroperasi pada tahun 2021 dengan Angkatan Udara ke-15.
BACA JUGA:Sinopsis The Atypical Family Drakor Fantasi soal Keluarga Superhero, Buruan Nonton
Namun, saat itu rudal tersebut dianggap masih ketinggalan, akibat sanksi ekonomi terhadap Rusia.
Pada bulan Juli 2021, Kementerian Pertahanan Rusia merilis rekaman publik pertama dari uji coba sistem rudal anti-balistik S-500 baru di Kapustin Yar.
Presiden Vladimir Putin telah merencanakan untuk menyebarkan S-500 bersama dengan S-550 yang sedang dalam pengembangan sebagai bagian dari jaringan pertahanan udaranya.
Biaya untuk satu sistem S-500 diperkirakan meningkat signifikan dari sekitar 700-800 juta dolar AS pada tahun 2020 menjadi hingga 2,5 miliar dolar AS atau setara dengan Rp 40 triliun pada tahun 2023.
BACA JUGA: Usai Lebaran, Banyak Perempuan di Palembang Jadi Janda, Apa Penyebabnya?