Mykhailo Podolyak, pejabat senior kepresidenan Ukraina, menanggapi pernyataan Putin sebagai propaganda yang dirancang untuk mengintimidasi negara-negara Barat.
"Menyadari bahwa segala sesuatunya berjalan salah, Putin terus menggunakan retorika nuklir klasik. Dengan harapan lama Soviet – 'takut dan mundur!'” kata Podolyak.
Ketegangan antara Rusia dan Ukraina telah meningkat sejak Rusia mencaplok empat wilayah di Ukraina dan mengklaim wilayah tersebut kini sepenuhnya menjadi bagian dari Rusia.
Ukraina dan sekutu-sekutunya menganggap tindakan Rusia ini sebagai agresi dan invasi yang harus ditentang.
BACA JUGA: Bangka Belitung Berontak, Masyarakat dan Walhi Tuntut Perlindungan dari Dampak Buruk Tambang Timah
Dalam konteks ini, dukungan negara-negara Barat kepada Ukraina, baik dalam bentuk bantuan militer maupun diplomatik, menjadi salah satu pemicu utama meningkatnya ketegangan antara Rusia dan negara-negara Barat.
Sementara negara-negara Barat berargumen bahwa mereka membantu Ukraina mempertahankan diri dari agresi Rusia dan bahwa Rusia-lah yang memperburuk ketegangan Timur-Barat.
Ketegangan ini tidak hanya menjadi ancaman bagi kedua belah pihak, tetapi juga bagi stabilitas global, mengingat kedua negara ini adalah kekuatan nuklir terbesar di dunia.
Konflik apapun yang melibatkan senjata nuklir memiliki potensi untuk menyebabkan bencana kemanusiaan yang tidak dapat dihindari dan berdampak jauh lebih luas.
BACA JUGA:Bikin Syok! Inilah Tradisi Kanibalisme Suku Papua yang Suka Makan
Kesimpulannya, situasi antara Rusia dan Ukraina saat ini sangat rentan dan memerlukan pendekatan diplomatik yang hati-hati dan bijaksana dari semua pihak yang terlibat.
Negara-negara besar di dunia harus bekerja sama untuk mengurangi ketegangan dan mencegah potensi konflik nuklir yang dapat menyebabkan kerusakan yang tak terbayangkan. *