Wayang kulit bukanlah sekadar hiburan semata, melainkan cerminan perpaduan budaya dan nilai-nilai religi di Indonesia.
Kesenian ini juga berasal dari praktik kepercayaan animisme dan dinamisme yang pernah di Indonesia.
Namun, wayang kulit berkembang seiring masuknya pengaruh agama Hindu-Buddha pada abad pertama Masehi.
Bahkan bagian-bagian dari agama Hindu-Buddha ini masih dapat ditemukan dalam cerita-cerita yang dimainkan hingga saat ini.
Pada berbagai cerita itu diperankan oleh tokoh-tokoh seperti Arjuna, Krishna, dan Rama, yang berasal dari epik Mahabarata dan Ramayana.
2. Bahan Pembuatan yang Istimewa
Proses pembuatan wayang kulit membutuhkan keterampilan khusus dan bahan-bahan yang istimewa.
Boneka kulit itu sendiri terbuat dari kulit kerbau atau kambing yang diolah dengan teknik khusus untuk membuatnya tipis dan transparan.
Karena itu, proses pembuatan wayang kulit membutuhkan keahlian tinggi. Bahkan tidak jarang teknik membuat wayang menjadi ilmu yang diwariskan secara turun-temurun di kalangan keluarga pengrajin wayang.
BACA JUGA:Ini Alasan Mesopotamia Tempat Lahirnya Peradaban, Ternyata Begini Jejak Sejarahnya
3. Dua Jenis Karakter Utama
Dalam pertunjukan wayang kulit, terdapat dua jenis karakter utama yaitu wong atau manusia dan buta atau binatang atau makhluk mitos.
Wong ini adalah tokoh-tokoh manusia seperti ksatria dan dewa, sementara buta adalah makhluk mitos seperti naga, burung, atau hewan lainnya.
Setiap karakter pun akan membawa pesan moral dan filosofi yang mendalam, yang memberikan nilai pada sebuah cerita yang ditampilkan.