Tradisi meletakkan sesaji di depan arca, dolmen, dan menhir ketika ada kematian tokoh masyarakat menunjukkan kekayaan ritual dan penghormatan terhadap yang telah meninggal.
BACA JUGA:Mengenal Sejarah dan Fakta Menarik Candi Arjuna dengan Situs Bersejarah di Ketinggian 2.093
BACA JUGA:Mengenal Sejarah Kota Cibaduyut, Pusat Kreativitas Sepatu Bandung yang Menawan
Pada upacara kematian, masyarakat dulu mengenakan pakaian adat dan perhiasan yang disebut "beghibu", yang merupakan perhiasan berupa subang atau anting yang bertahtakan berlian.
Penggunaan perhiasan ini tidak hanya sebagai bentuk penghormatan tetapi juga menunjukkan status sosial dalam masyarakat.
Di Desa Tanjung Aro, terdapat situs lain yang menarik, yaitu situs manusia dililit ular.
Legenda lokal mengisahkan tentang sepasang kekasih yang karena perbuatannya yang melanggar adat istiadat, dikutuk menjadi arca oleh seekor ular besar.
BACA JUGA:Mengenal 4 Senjata Tradisional Khas Sumatera Selatan, Salah Satunya Ada Kudok
BACA JUGA:Kudok Betelugh Khas Suku Pasemah, Inilah 4 Senjata Khas Sumatera Selatan!
Kisah ini, yang terekam melalui arca di tengah sawah, adalah cerminan dari sistem nilai dan norma yang berlaku pada waktu itu.
Kendati artefak banyak yang telah rusak dan beberapa masih terkubur dan belum teridentifikasi, pentingnya pelestarian situs-situs ini tidak dapat diabaikan.
Setiap situs megalithik di Pagar Alam adalah buku yang terbuka tentang kehidupan sosial, kepercayaan, dan kebudayaan manusia pra-sejarah yang perlu dipelajari dan dilestarikan.
Warisan megalithik di Pagar Alam, Sumatera Selatan, adalah saksi bisu dari kecerdasan dan kekayaan budaya masyarakat masa lalu.
BACA JUGA:Eksplorasi Sejarah Suku Musi Banyuasin, Mengenal Keberagaman Budaya di Sumatera Selatan
Dari arca hingga tradisi pemakaman, setiap detail mengungkapkan lebih dari sekadar sejarah. Mereka menceritakan tentang kehidupan, kematian, dan keabadian.
Bagi Indonesia, dan khususnya bagi masyarakat Sumatera Selatan.