PAGARALAMPOS.COM - Media sosial belakangan ini diramaikan dengan perdebatan mengenai bahasa Indonesia yang sering dianggap "miskin" kosakata oleh sejumlah individu.
Salah satunya adalah seorang kreator konten wanita yang dalam siarannya mengaku lebih nyaman menggunakan bahasa Inggris.
Klaimnya, bahasa Inggris mampu memasukkan detail yang lebih banyak dibandingkan bahasa Indonesia, memicu gelombang respons dari masyarakat.
Dalam narasi videonya yang dikutip oleh akun @korbanreceh_ pada Jumat (5/4/2024), dia mengatakan, "Bahasa Indonesia itu sebenarnya bahasa yang miskin kosakata, terutama kalau dibandingkan dengan bahasa Arab atau bahasa Inggris."
BACA JUGA:Film Wendell and Wild Kisah Halloween Klasik yang Menawan, Berikut Sinopsisnya
Namun, apakah benar bahasa Indonesia "miskin" kosakata dibandingkan bahasa lain?
Kepala Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa, Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbud Ristek), Prof E Aminudin Aziz, memberikan penjelasan yang menarik terkait klaim tersebut.
Menurutnya, jumlah kosakata yang tercatat dalam kamus mungkin lebih sedikit, tetapi hal ini tidak mencerminkan keseluruhan kosakata yang ada dalam benak dan pikiran para penutur bahasa Indonesia.
"Kosakata yang tercatat dalam kamus pasti lebih sedikit dari pada yang ada dalam benak dan pikiran para penutur," ujarnya saat dihubungi oleh Kompas.com pada Sabtu (6/4/2024).
BACA JUGA:KPK Harus Fokus Perangi Korupsi, Bukan Bermain Politik, Kata Sekjen PDI-P Hasto Kristiyanto
Aminudin juga menekankan bahwa setiap bahasa memiliki kemampuan linguistik untuk mengekspresikan fenomena dalam budaya dan kehidupannya sendiri.
Sebagai contoh, Aminudin menjelaskan bahwa bahasa Inggris tidak memiliki konsep kata untuk "amuk", "sarung", atau berbagai jenis makanan turunan dari beras dan nasi karena tidak memiliki konsep budaya tersebut.
Demikian pula, bahasa Indonesia mungkin tidak memiliki banyak konsep kata untuk jenis-jenis roti atau kue yang dimiliki oleh orang Perancis.
Selain itu, Aminudin juga mengungkapkan bahwa usia bahasa Indonesia yang relatif muda menjadi salah satu faktor yang sering diabaikan.
BACA JUGA:Menteri Perhubungan Minta Maaf Atas Kekosongan Tiket Penyeberangan Merak-Bakauheni