Nah, untuk pintu dari benteng Keraton Jogja ini disebut dengan plengkung karena bagian atas pintu yang bentuknya melengkung sehingga dinamai plengkung.
Tiap plengkung terdapat jembatan gantung yang dapat ditarik ke atas sehingga kondisinya tertutup dan jalan ke dalam benteng terhalang jagang.
Awalnya kelima plengkung dibuka dari pukul 06.00-18.00 tapi kemudian dilonggarkan menjadi pukul 05.00-20.00 dan jam buka tutupnya ditandai dengan bunyi genderang dan terompet dari prajurit di Kemagangan.
Masing-masing pintu memiliki nama, yakni:
BACA JUGA:Gali Hotel! Arkeolog Berhasil Temukan Kastil Bersejarah di Bawah Hotel!
BACA JUGA:Keragaman Suku Bangsa Arab, Simak Sejarah dan Kisah Pertemuan dengan Rasulullah SAW
- Plengkung Tarunasura atau Plengkung Wijilan di sebelah timur laut
- Plengkung Jagasura atau Plengkung Ngasem di sebelah barat laut
- Plengkung Jagabaya atau Plengkung Tamansari di sebelah barat
- Plengkung Nirbaya atau Plengkung Gadhing di sebelah selatan
BACA JUGA:Sejarah dan Kebudayaan Suku Bangsa Arab di Era Rasulullah
BACA JUGA:Dari Bertukar Barang hingga Transaksi Digital, Begini Sejarah dan Perkembangan Uang
- Plengkung Madyasura atau Plengkung Gondomanan di sebelah timur.
4. Banyak bagian benteng yang rusak dan jadi permukiman
Di masa sekarang ini, kamu memang tak bisa lagi melihat jagang yang tersisa sebab sebagian besar benteng telah tertutup permukiman.
Tidak ada informasi lengkap mengenai mulai kapan bagian dari benteng menjadi permukiman.
Namun menurut laman Kraton Jogja, ada dua peristiwa besar yang bisa dijadikan acuan yakni saat pendudukan Jepang tahun 1942-1945 dan gempa bumi tahun 1867.