PAGARALAMPOS.COM - Pada abad 16 dan 17, populasi harimau jawa dan sumatera masih sangat besar.
Hal ini disebabkan karena populasi kedua pulau tersebut masih relatif kecil, yaitu sekitar seperempat populasi saat ini.
Habitat harimau masih terjaga dengan baik, yaitu hutan lebat dengan pepohonan yang menjulang tinggi.
Kedekatan ekologis masyarakat dengan harimau pada masa ini memunculkan beragam tradisi lisan yang diwariskan dari generasi ke generasi.
BACA JUGA:Perjalanan Sejarah, Jejak Kerajaan di Tengah Kehidupan 5 Suku Sulawesi Utara
BACA JUGA:Arkeolog Berhasil Temukan Kastil Bersejarah 600 Tahun di Bawah Galian Hotel Mewah
Peter Boomgaard dalam bukunya Of Spirits and Power: An Anthropological Study of the Javanese Séance menjelaskan banyak cerita masrakat Jawa yang mengklaim dan Alas Roban.
Seorang peneliti bernama Didik Raharyono meyakini harimau jawa belum punah dan masih bisa dijumpai di hutan angker wilayah Jawa Tengah (Jateng).
Pernyataan itu didasari foto satwa tersebut yang didapatkan dari seorang pemburu di Jateng.
Sayangnya Didik Raharyono yang merupakan Direktur Karnivor Jawa (PKJ) enggan menyebutkan lokai hutan yang dimaksud.
BACA JUGA:Gali Hotel! Arkeolog Berhasil Temukan Kastil Bersejarah di Bawah Hotel!
BACA JUGA:Keragaman Suku Bangsa Arab, Simak Sejarah dan Kisah Pertemuan dengan Rasulullah SAW
Dia khawatir masyarakat akan berbondong-bondong datang ke hutan yang dianggap angker tesebut.
"Lokasinya ada di hutan angker. Warga mengatakan jarang masuk ke situ.
Saya saja meminta orang untuk mengantarkan masuk ke lokasi ditemukannya harimau itu, tapi warga banyak yang tidak mau," terangnya .