PAGARALAMPOS.COM - Adipati Manduro mengirim utusan ke Pajang untuk mengirimkan sebuah surat. Setelah berbincang-bincang, surat tersebut menyampaikan tawaran dukungan jika Adipati Pajang berniat memberontak terhadap Mataram.
Adipati Pajang menyampaikan rasa terima kasihnya dan mengekspresikan keinginannya untuk memberontak terhadap Sultan Agung di waktu yang tepat. Pada saat bersamaan, Sultan Agung mendengar berita mengenai kualitas kuda di Pajang.
Sultan Agung kemudian mengirim utusan untuk meminta kuda tersebut. Sementara itu, Sultan Hadiwijoyo dari Pajang meninggal dunia. Seharusnya, Pangeran Benowo, sebagai putra mahkota, menggantikan ayahnya. Namun, Sunan Kudus memutuskan agar Adipati Demak Aryo Pangiri, yang merupakan menantu Sultan Hadiwijoyo, yang naik tahta karena usianya yang lebih tua.
Danang Sutowijoyo, yang kelak menjadi kakek Sultan Agung, merasa perlu membela Benowo sebagai putra mahkota. Namun, pamannya, Ki Juru Mertani, mencegahnya dengan mengatakan bahwa sebaiknya ia tidak mencampuri urusan tersebut dan lebih baik segera pulang.
Setelah Aryo Pangiri diangkat sebagai raja, dia menguasai dua pertiga wilayah Pajang, sedangkan sisa wilayah dibagi di bawah kekuasaan menteri Pajang. Orang-orang Demak dan pasukan sewaan dipindahkan ke Pajang, yang menyebabkan ketidakpuasan di kalangan para menteri Pajang. Mereka melaporkan kekacauan di Pajang kepada Senopati di Mataram, yang kemudian dinyatakan sebagai saat yang tepat untuk merebut Pajang.
Senopati, meskipun diberitahu bahwa menteri Pajang akan mendukungnya, tidak berniat untuk langsung merebut Pajang. Ia meminta menteri Pajang untuk bersatu dan tidak hancur.
Pangeran Benowo, yang tidak puas dengan pemerintahan Aryo Pangiri, meminta Senopati mengunjungi Jipang. Senopati menolak permintaan ini karena fokus pada Mataram, tetapi Benowo terus menuntut agar Senopati yang memimpin Pajang.
Benowo akhirnya menyatakan ketidakpuasannya secara langsung dan meminta agar Senopati datang untuk mengambil alih Pajang. Senopati kemudian meminta Benowo untuk datang ke Mataram melalui Gunung Kidul bersama pasukannya. Setelah itu, mereka berhasil merebut Pajang dari Aryo Pangiri.
Namun, Senopati tidak ingin tinggal di Pajang dan memilih untuk tetap memimpin dari Mataram. Ia hanya meminta "perhiasan kerajaan" sebagai simbol dari kepemimpinan Pajang.