PAGARALAMPOS.COM - Majapahit, kerajaan terbesar di Nusantara, dikenal akan wilayah kekuasaannya yang luas, sebagaimana tercatat dalam Kakawin Negarakertagama.
Peninggalan kerajaan ini tersebar luas di Indonesia dan bahkan hingga ke Filipina, menandakan pengaruh besar yang pernah mereka miliki.
Salah satu warisan terpenting dari Majapahit adalah seni bela diri khusus yang dikembangkan oleh pasukan elitnya.
BACA JUGA:Dam Candi Limo, Peninggalan Era Majapahit yang Diabadikan oleh Kolonial Belanda
Teknik bela diri ini, yang dikenal sebagai Sundang atau Kali Majapahit, merupakan sebuah sistem pertarungan yang menggabungkan penggunaan berbagai senjata di kedua tangan, sering kali pedang dan keris, yang mencerminkan keahlian dan kekejaman dalam pertempuran.
Asal-usul Sundang dapat dilacak kembali ke perwira kerajaan Singasari, Mahesa Anabrang atau Lembu Anabrang, yang kemudian membawa teknik ini ke Majapahit.
Setelah kematian Kertanegara, Mahesa Anabrang bergabung dengan Majapahit, membawa serta pengetahuan bela diri yang akan menjadi ciri khas pasukan elit kerajaan.
BACA JUGA:Kejayaan dan Runtuhnya Kerajaan Majapahit, Epitome Kekuasaan Hindu-Buddha di Indonesia
Sundang tidak hanya sekedar teknik bertarung, tetapi juga filosofi. Bukan menghindar, tetapi menyusup ke sisi lemah lawan, sebuah konsep yang menuntut keberanian dan keahlian tinggi dari para prajuritnya.
Namun, seiring runtuhnya Majapahit, Sundang di Nusantara mulai memudar.
Ironisnya, di Filipina, Sundang tidak hanya bertahan tetapi juga berkembang menjadi bagian dari tradisi militer dan kepolisian.
BACA JUGA:Mengungkap Keindahan 'Kampung Majapahit, Desa dengan Arsitektur Khas Kerajaan
Ini menunjukkan bagaimana seni bela diri ini telah melewati batas waktu dan geografi, menjadi simbol ketahanan dan kekuatan budaya yang pernah dimiliki oleh Majapahit.