BACA JUGA:Penemuan Bersejarah: Menggali Kebenaran di Balik Prasasti Usia 30.000 Tahun di Sacsayhuamán
BACA JUGA:Jejak Peradaban Romawi: Temuan Arsip dan Stempel Bersejarah di Turki
"15 Individu di antaranya masih tidak terekam setidaknya sampai tahun 2021 atau Agustus 2022," ujar Peneliti Auriga Nusantara Riszki Is Hardianto dalam konferensi pers yang diikuti dari Jakarta, Selasa.
Riszki mengatakan jumlah individu yang dirilis KLHK juga berbeda dengan temuan oleh peneliti dari Auriga Nusantara.
KLHK menyebut bahwa populasi Badak Jawa pada 2022 sekitar 75 individu, sementara berdasar penelitian Auriga jumlahnya justru lebih kecil.
Masalahna, belasan Badak Jawa yang tak terdeteksi yakni betina sebanyak tujuh ekor, sementara delapan lainnya jantan.
BACA JUGA:Inilah Sejarah Candi Megah di Dalam Akar Pohon Raksasa yang Menyimpan Penuh Misteri
BACA JUGA:Mengulik Sejarah Lukisan Prasejarah di Situs Purbakala Tapurarang
Tak terdeteksinya individu betina sangat dikhawatirkan karena berhubungan dengan upaya konservasi penambahan populasi Badak Jawa di TNUK.
Menurut dia, 15 Badak Jawa yang tidak terdeteksi ini tidak dipublikasikan oleh otoritas terkait karena dianggap masih hidup.
Anggapan tersebut berdasar karena tidak ditemukannya tanda-tanda kematian atau tulang belulang.
"Dalam empat tahun terakhir, meski rekaman kamera selalu lebih kecil dari rekaman 2018, namun Balai Taman Nasional Ujung Kulon atau Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan selalu menyampaikan angka populasi yang meningkat," kata dia.
BACA JUGA:Sudah Ada Sejak Romawi Kuno, Begini Sejarah Kamal Kanal Amsterdam
BACA JUGA:Miliki Keunikan yang Menarik! Mari Mengenal Sejarah Pesanggrahan Rejowinangun Situs warungboto
Sementara itu, Ketua Yayasan Auriga Nusantara Timer Manurung menyebut data yang diperoleh berasal dari laporan dari berbagai pihak yang terlibat langsung dalam upaya konservasi Badak Jawa.
Ia menduga sulitnya Badak Jawa terekam kamera jebak atau hilangnya individu disebabkan masih adanya perburuan.