Saat ditemukan, posisi kedua jasad telungkup di sudut ruang makan, seolah-olah mereka sedang makan siang ketika letusan terjadi - pada 24 Agustus tahun 79 M.
BACA JUGA:Mengenal Jejak Sejarah Berdirinya Museum Kereta Api Ambarawa
BACA JUGA:Mengungkap Sejarah dari Penemuan Kapak Tangan Purba yang Berusia 200 Ribu Tahun di Utara Arab Saudi
Sebuah studi baru-baru ini menunjukkan bahwa awan abu dari letusan Gunung Vesuvius dapat mematikan bagi penduduk kota dalam waktu kurang dari 20 menit.
Kedua korban yang dipelajari para peneliti, menurut antropolog Dr Serena Viva dari University of Salento, tidak berusaha melarikan diri.
"Dari posisi [tubuh mereka] tampaknya mereka tidak melarikan diri," kata Dr Viva kepada BBC Radio 4's Inside Science. "Penyebab mereka tidak melarikan diri bisa jadi ada hubungannya dengan kondisi kesehatan mereka."
Sekarang, petunjuk telah terungkap dalam penelitian terbaru terhadap tulang-belulang mereka.
BACA JUGA:Mengungkap Sejarah Peradaban Melalui Temuan Kerangka Manusia Tertua di Vietnam
BACA JUGA:Mengungkap Sejarah Penemuan Kerangka Manusia Tertua Berusia 10 Ribu Tahun
"Semuanya tentang pengawetan kerangka," jelas Prof Gabriele Scorrano, dari pusat GeoGenetics Lundbeck di Kopenhagen, yang memimpin penelitian tersebut. "Itu hal pertama yang kami lihat, dan itu tampak menjanjikan, jadi kami memutuskan untuk mencoba [ekstraksi DNA]."
Keutuhan kerangka dua korban tersebut serta teknologi laboratorium terbaru memungkinkan para ilmuwan untuk mengekstrak banyak informasi dari "jumlah bubuk tulang yang sangat kecil", seperti yang dijelaskan Prof Scorrano.
"Mesin sekuensing terbaru dapat [membaca] beberapa genom utuh sekaligus," katanya.
Studi genetika mengungkapkan bahwa kerangka si pria mengandung DNA dari bakteri penyebab tuberkulosis, menunjukkan bahwa ia mungkin mengidap penyakit tersebut sebelum kematiannya.
BACA JUGA:Mengungkap Sejarah Ratu Kalinyamat Sang Pahlawan dari Jepara Penguasa Pesisir Utara Jawa
BACA JUGA:Mengungkap Sejarah Menghilangnya Kerajaan Padjajaran yang di Pimpin Prabu Siliwangi
Dan fragmen tulang di dasar tengkoraknya mengandung DNA utuh yang cukup untuk mengetahui seluruh kode genetikanya.