PAGARALAMPOS.COM - Sultan Agung atau yang bernama asli Raden Mas Jatmika memerintah Kesultanan Mataram sejak 1613-1645.
Pada masa kepemimpinannya, Kerajaan Mataram Islam berhasil mencapai punjak kejayaan
Sultan Agung juga dikenal sebagai raja yang besar perjuangannya dalam melawan bangsa penjajah.
Salah satu upaya Sultan Agung dalam memerangi penjajah adalah dengan menyerang Belanda di Batavia.
Dua abdi keraton menggunjing Sultan Agung yang tidak berpuasa pada bulan Ramadhan. Karena tidak berpuasa, Sultan Agung membuat repot para abdi keraton.
Pagi-pagi para abdi harus menyiapkan hidangan untuk sarapan sang raja Mataram itu. Sultan Agung makannya cukup banyak, berbeda dengan hari-hari di luar bulan puasa.
“Kok malah makan sampai lima-enam kali. Apa tidak kasihan dengan para pembantu,” kata salah satu abdi kepada temannya. Mereka tidak tahu alasan Sultan Agung tidak berpuasa.
Keesokan harinya, Kiai Penghulu sengaja menyempatkan waktunay untuk menghadap Sultan Agung pada pagi hari. Tiba di keraton, ia melihat banyaknya makanan yang terhidang dan Sultan Agung siap menyantapnya.
BACA JUGA:Kerangka Manusia Ditemukan di Kapal Perang yang Dijuluki Titatic Kuno
Kiai Penghulu pun langsung menyindir Sultan Agung karena sebagai panatagama tidak memberi contoh berpuasa selama Ramadhan. “Mana ada kalifah yang menjadi tuntuntan malah tidak bisa dipatuhi. Kitab apa yang mengajarkan hal ini?” tanya Kiai Penghulu.
Tidak paham maksud Kiai Penghulu, Sultan Agung mengajukan pertanyaan mengenai isi pernyataan Kiai Penghulu. “Sekarang bulan Ramadhan, Gusti. Mengapa panjenengan tidak berpuasa?” jawab Kiai Penghulu.
"Aku tahu ini bulan puasa, namun yang berpuasa kan bulannya. Jadi, aku tak perlu ikut berpuasa,” jawab Sultan Agung bermain kata-kata.
Kiai Penghulu pun menyesali hal itu. Sebab selama ia bertugas menjadi penghulu keraton, ia telah mengajarkan hal ihwal puasa kepada semua abdi dalem di keraton yang telah beragama Islam.
BACA JUGA:Sejarah Perjuangan Pangeran Diponegoro Mengusir Hindia Belanda, Cek
“Duh. Bagaimana ini, Gusti?” kata Kiai Penghulu.