Gunung Penanggungan, Jejak Kosmologi Kerajaan Majapahit dan Warisan Spiritual Jawa Timur

Senin 18-03-2024,14:04 WIB
Reporter : Bodok
Editor : Almi

PAGARALAMPOS.COM - Gunung Penanggungan, yang dikenal sebagai Gunung Pawitra, telah lama dihormati sebagai gunung suci di Jawa Timur. 

Dengan ketinggian hanya sekitar 1.653 meter di atas permukaan laut (MDPL), gunung ini menonjol dalam sejarah karena perannya yang penting dalam kosmologi Kerajaan Majapahit.

Arkeolog Wicaksono Dwi Nugroho mengungkapkan bahwa meskipun Gunung Penanggungan tidak sebesar Gunung Arjuno dan Gunung Welirang di sekitarnya, Kerajaan Majapahit memilih untuk menghadapkan bangunannya ke arah gunung ini. 

BACA JUGA:Inilah Bukti Sejarah Peradaban Kerajaan Kutai Martapapura yang Wajib Kamu Ketahui

“Ini menunjukkan betapa pentingnya Gunung Penanggungan dalam struktur spiritual dan politik kerajaan,” kata Wicaksono pada hari Sabtu, 4 November 2023.

Penelitian lebih lanjut menunjukkan bahwa Kerajaan Singasari, yang tercatat dalam kitab Pararaton, juga mendesain bangunannya dengan mengarah ke pusat kosmologi yang berbeda, yaitu Gunung Kawi. 

“Bangunan-bangunan di Singasari menghadap ke Kawi dari semua arah, barat, utara, dan timur, sesuai dengan petunjuk dalam Pararaton,” jelas Wicaksono.

BACA JUGA:Mengenal Berbagai Sejarah Peradaban Kerajaan Kutai Martapura

Raja Airlangga, yang memerintah Kerajaan Kahuripan atau Dinasti Mataram Kuno di Jawa Timur, juga menetapkan titik kosmologi kerajaannya pada Pegunungan Walikukun di Kabupaten Tulungagung. 

“Setiap kerajaan memiliki mandala atau titik kosmosnya sendiri, yang mencerminkan pandangan dunia dan kekuasaan mereka,” tambah Wicaksono.

Penemuan ini memberikan wawasan baru tentang bagaimana kerajaan-kerajaan di Jawa Timur kuno memandang alam semesta dan menempatkan diri mereka dalam konteks yang lebih luas. 

BACA JUGA:Catatan Sejarah! Kekuatan Majapahit Tak Sanggup Tundukkan Kerajaan Kecil Padjajaran

Gunung Penanggungan, dengan sejarah dan misterinya, terus menjadi subjek penelitian yang menarik bagi para arkeolog dan sejarawan.

Untuk informasi lebih lanjut, kunjungi situs arkeologi lokal atau hubungi pakar sejarah di universitas terdekat.***

Kategori :