Pembangunan Borobudur diprakarsai oleh raja dinasti Syailendra, Samaratungga, sekitar tahun 800 M, masa ketika agama Buddha berkembang pesat di Jawa Tengah.
BACA JUGA:Tank Tangguh dan Misterius Milik Cina, Begini Penampakan PLZ-05B 155mm Membetot Perhatian Dunia
BACA JUGA:7 Rekomendasi Makanan Khas Bangka yang Unik dan Populer, Wajib di Coba say!
Awalnya, agama Buddha mendominasi wilayah ini, menjadikan Borobudur sebagai pusat kegiatan keagamaan.
Namun seiring dengan penyebaran agama Islam pada abad ke-15, Borobudur perlahan-lahan ditinggalkan seiring dengan berpindahnya penduduk setempat.
Candi ini sempat terbengkalai dan bahkan terkubur abu vulkanik saat letusan Gunung Merapi.
Ditemukan kembali pada masa pemerintahan kolonial, upaya restorasi ekstensif dimulai pada awal abad ke-20 di bawah pemerintahan Belanda dan Inggris.
BACA JUGA:Frigat Kembaran RE Martadinata Class Baru Akan Dipasangi Rudal Hanud VLS RIM-162 ESSM
Terlepas dari makna sejarahnya, Borobudur memiliki kisah tragis yang terkait dengannya.
Pada masa pemerintahan Sunan Pakubuwono I di Kartasura, terjadi pemberontakan yang dipimpin oleh Ki Mas Dana di Enta-Enta.
Sunan memerintahkan Ki Jayawinata, Bupati Mataram, untuk menumpas pemberontakan tersebut. Namun pasukannya kewalahan, dan Jayawinata melaporkan kegagalan tersebut kepada Sunan.
Pangeran Pringgalaya, Bupati Kartasura, kemudian diutus untuk menangani situasi tersebut.
BACA JUGA:Deklarasi Pemilu Damai, Kapolri Tekankan Komitmen Jaga Persatuan dan Kesatuan Bangsa
BACA JUGA:Aveta Ranger Max Explorer, Pembaruan Segmen Bebek Trail yang Canggih dan Terjangkau
Sunan memerintahkan, “Tangkap Ki Mas Dana hidup-hidup!” Pertempuran sengit pun terjadi dan memakan banyak korban jiwa.