Seseorang dianggap sebagai orang Karo jika ia memiliki salah satu dari lima marga induk ini. Kelima marga induk tersebut adalah Karo-Karo, Ginting, Tarigan, Sembiring, dan Peranginangin.
BACA JUGA:Eksplorasi Zaman Megalitikum, Mengungkap Sejarah Peradaban Kuno
BACA JUGA:Membuka Sejarah Candi Prambanan, Teryata ada Kisah Bandung Bondowoso dan Roro Jonggrang
Sejarah Merga Silima:
Asal-usul Merga Silima memiliki kaitan erat dengan sejarah Suku Karo itu sendiri.
Salah satu versi sejarah Suku Karo, yang disampaikan dalam buku "Sejarah Pijer Podi, Adat Ngeluh Suku Karo Indonesia" oleh Sempa Sitepu, bercerita tentang perjalanan nenek moyang Suku Karo.
Cerita dimulai dengan seorang Maharaja dari India Selatan yang ingin mencari tempat subur untuk mendirikan kerajaan baru.
Ia berangkat bersama rombongannya, termasuk pengawal yang sakti bernama Si Karo. Si Karo menikahi putri Maharaja bernama Miansari.
BACA JUGA:Sejarah Mesopotamia Kuno, Ketika Pendidikan Hanya Untuk Kaum Elite
BACA JUGA:Eksplorasi Zaman Megalitikum, Mengungkap Sejarah Peradaban Kuno
Saat dalam perjalanan, rombongan terpisah akibat badai dan terdampar di sebuah pulau yang diberi nama "Perbulawanen," yang kini dikenal sebagai Belawan.
Setelah petualangan yang panjang, Si Karo dan Miansari bersama tujuh orang lainnya sampai di dataran tinggi yang disebut Dataran Tinggi Karo.
Di sana, mereka memutuskan untuk menetap. Miansari dan Si Karo memiliki tujuh anak, dengan anak ketujuh bernama Meherga, yang berarti "berharga" karena menjadi penerus keturunan.
Meherga kemudian menikahi anak Tarlon, yang merupakan saudara bungsu Miansari.
BACA JUGA:Eksplorasi Zaman Megalitikum, Mengungkap Sejarah Peradaban Kuno
BACA JUGA:Profil Provinsi Sumatera Selatan, Melacak Jejak Sejarah dan Pesona Alamnya