“Si Pahit Lidah? Aku pernah mendengar namamu. Kamu terkenal di kalangan masyarakat Sumatera Selatan, Lampung dan Bengkulu. Banyak orang yang mengagumimu dan menghormatimu. Aku juga kagum dengan kemampuanmu. Tapi, mengapa namamu Si Pahit Lidah? Apakah lidahmu memang pahit?” tanya Puyang Putri dengan heran.
“Ya, lidahku memang pahit. Aku tidak tahu mengapa. Aku lahir dengan lidah yang pahit. Aku tidak bisa menikmati rasa manis, asin, asam atau pedas. Aku hanya bisa merasakan pahit. Itulah sebabnya orang-orang menyebutku Si Pahit Lidah.” cerita Si Pahit Lidah dengan sedih.
“Kasihan sekali kamu. Aku turut berduka atas nasibmu. Tapi, jangan bersedih. Aku yakin ada alasan di balik semua ini. Mungkin Tuhan memberimu lidah yang pahit karena Dia ingin memberimu kekuatan yang luar biasa. Mungkin lidahmu yang pahit adalah anugerah yang harus kamu syukuri.” hibur Puyang Putri dengan bijak.
“Terima kasih atas kata-kata mutiaramu. Kamu sangat baik dan bijaksana. Aku merasa beruntung bisa bertemu denganmu. Kamu adalah bidadari yang paling indah yang pernah aku lihat. Kamu adalah bidadari yang paling baik yang pernah aku kenal. Kamu adalah bidadari yang paling sakti yang pernah aku temui.” puji Si Pahit Lidah dengan tulus.
BACA JUGA:Legenda Kerajaan Majapahit yang Abadi, Ini Kisah Sejarah Gajah Mada dan Ratu Tribhuwana Tunggadewi!
“Terima kasih atas pujianmu. Kamu juga sangat baik dan gagah. Aku merasa senang bisa bertemu denganmu. Kamu adalah pendekar yang paling tampan yang pernah aku lihat. Kamu adalah pendekar yang paling sakti yang pernah aku kenal. Kamu adalah pendekar yang paling berani yang pernah aku temui.” balas Puyang Putri dengan malu-malu.
Mereka pun saling bertukar pandang dan tersenyum. Mereka merasakan ada benih-benih cinta yang tumbuh di antara mereka. Mereka pun memutuskan untuk menghabiskan waktu bersama dan saling mengenal lebih dalam.
Perjalanan Cinta Si Pahit Lidah dan Puyang Putri
Sejak pertemuan pertama itu, Si Pahit Lidah dan Puyang Putri sering bertemu di Pemandian Puyang Putri. Mereka berbagi cerita, pengalaman, dan pengetahuan. Mereka juga bermain, bercanda, dan bersenang-senang. Mereka semakin dekat dan semakin sayang.
Suatu hari, Si Pahit Lidah mengajak Puyang Putri untuk berkeliling Sumatera Selatan. Dia ingin menunjukkan keindahan dan kekayaan daerah asalnya. Dia juga ingin memperkenalkan Puyang Putri kepada masyarakat dan sahabat-sahabatnya.
BACA JUGA:Misteri dan Kehebatan Ken Arok: Pendekar Legendaris dalam Sejarah Nusantara!
Puyang Putri pun setuju dengan ajakan Si Pahit Lidah. Dia juga ingin melihat lebih banyak dunia manusia. Dia juga ingin lebih mengenal Si Pahit Lidah dan budayanya. Mereka pun berangkat bersama-sama.
Mereka mengunjungi berbagai tempat di Sumatera Selatan. Mereka melihat gunung, danau, sungai, hutan, sawah, dan desa-desa.
Mereka juga melihat berbagai situs megalitik yang diyakini masyarakat sebagai bekas tapak Si Pahit Lidah. Mereka juga bertemu dengan berbagai orang yang ramah dan menyambut mereka dengan hangat.
Di mana-mana, mereka mendapat pujian dan hormat dari masyarakat. Mereka dianggap sebagai pasangan yang serasi dan sakti. Mereka juga dianggap sebagai pembawa berkah dan kemakmuran. Mereka pun merasa bahagia dan bersyukur.
Namun, tidak semua orang senang dengan kehadiran mereka. Ada juga orang-orang yang iri dan dengki. Mereka merasa terancam dengan kesaktian dan kepopuleran mereka. Mereka pun berusaha untuk menghalangi dan menghancurkan hubungan mereka.