Mengenal 5 Budaya dan Tradisi Khas Maluku Yang Diwariskan Dari Generasi ke Generasi

Kamis 15-08-2024,23:04 WIB
Reporter : Bodok
Editor : Almi

Upacara adat sasi dilakukan dengan cara menandai wilayah yang menjadi sasi dengan bendera, papan, atau tanda lainnya. Kemudian, masyarakat melakukan doa dan sesaji kepada Tuhan dan leluhur, agar memberkati hasil panen yang akan datang.

Selama masa sasi, masyarakat harus menjaga dan mengawasi wilayah sasi, agar tidak ada yang melanggar aturan.

Masa sasi biasanya berlangsung selama beberapa bulan, tergantung dari jenis dan musim panen. Setelah masa sasi berakhir, masyarakat melakukan upacara pembukaan sasi, dengan cara mengambil bendera, papan, atau tanda lainnya.

BACA JUGA:3 Rumah Adat Suku Papua Yang Miliki Bentuk Unik dan Filosofi yang Bermakna

Kemudian, masyarakat boleh memanen hasil panen dengan cara yang adil dan bijaksana.

Upacara adat sasi memiliki banyak manfaat, antara lain:

  • Meningkatkan kualitas dan kuantitas hasil panen, karena diberi waktu untuk tumbuh dan berkembang dengan baik.
  • Mencegah kerusakan lingkungan, karena tidak ada eksploitasi berlebihan terhadap sumber daya alam.
  • Membangun kesadaran dan tanggung jawab masyarakat terhadap lingkungan, karena harus menghormati dan menjaga aturan sasi.
  • Menguatkan ikatan sosial dan budaya masyarakat, karena harus bekerja sama dan saling menghargai dalam melaksanakan sasi.

BACA JUGA:Inilah Suku di Indonesia dengan Adat Budaya Kental, Masih Terjaga dan Lestari

4. Obor Pattimura

Obor Pattimura adalah kebiasaan atau acara yang ditujukan untuk mengenang pahlawan Pattimura, yang melakukan perlawanan terhadap penjajah yang datang di kawasan Maluku.

Pattimura adalah seorang kapitan atau pemimpin perang yang berasal dari Pulau Saparua. Ia bersama rakyatnya berjuang melawan Belanda, yang ingin menguasai Maluku pada tahun 1817.

Perjuangan Pattimura dan rakyatnya sangat heroik dan gigih. Mereka berhasil merebut benteng Duurstede, yang merupakan markas besar Belanda di Maluku.

Namun, akhirnya mereka harus menghadapi serangan balik Belanda yang lebih besar dan kuat. Pattimura dan rakyatnya tidak menyerah, dan terus berperang hingga akhirnya tertangkap dan dihukum mati oleh Belanda.

BACA JUGA:Mengenal dan Menelusuri Suku Yali Papua, Mulai Tradisi Pertanian dan Upacara Adat di Pegunungan Papua!

Obor Pattimura merupakan simbol api perjuangan dan semangat kemerdekaan yang tidak pernah padam. Obor Pattimura juga merupakan penghargaan dan penghormatan kepada Pattimura dan rakyatnya yang telah berkorban demi Maluku dan Indonesia.

Obor Pattimura biasanya dirayakan setiap tanggal 15 Mei, yang merupakan hari lahir Pattimura. Untuk memperingatinya, biasanya masyarakat bekerja sama dengan pemerintah setempat untuk membuat perayaan. Perayaan ini dikenal dengan istilah Pawai Obor. Dalam pawai tersebut juga ditemukan prosesi lari obor.

Lari obor ini dimulai dari Pulau Saparua, tempat kelahiran Pattimura, ke Pulau Ambon, tempat eksekusi Pattimura. Kemudian, para pelari juga akan diarak ke Kota Ambon, tempat berdirinya patung Pattimura. Lari obor ini melibatkan ribuan orang, baik dari kalangan masyarakat, pemerintah, maupun TNI/Polri.

Kategori :