PAGARALAMPOS.COM - Diantara beragam Sejarah versi tentang Legenda Puyang Si Pahit Lidah, maka Mimin berinisiatif untuk membuka sedikit wacana ini menurut catatan/tambo sejarah versi Suku Gumay
Pahit Lida yang namanya kami ambil sebagai Nickname di KWA ini (Pangeran Sukemilung) menurut tambo/sejarah GUMAY adalah keturunan dari seseorang yang bernama DIWE GUMAY.
GUMAY adalah nama seorang DIWE yang turun kedunia dan mulai betapak di Padang Selase (Bukit Siguntang) di palembang.
Diwe Gumay beristrikan anak Ratu Bengkulu. Waktu tersebut hampir bersamaan dengan terjadinya perang antara Bengkulu dan Aceh.
BACA JUGA:Menelusuri Kekayaan Budaya, Berikut Inilah 10 Tradisi Unik dari Berbagai Penjuru Dunia!
Menurut ceritanya, Diwe Gumaylah yang dipanggil oleh bakal istrinya untuk menyudahi perang tersebut.
Masyarakat asli Provinsi Sumatera Selatan (Sumsel) tentu mengenal sosok pendekar tangguh yang melegenda karena keperkasaan perkataannya.
Berasal dari cerita rakyat Sumatera Selatan, mereka percaya bahwa tokoh ini sangat kuat dan dihormati oleh masyarakat karena kekuatan yang dimilikinya.
Bahkan berkat kesaktiannya, pendekar ini ditakuti banyak orang, karena jika ada yang berbuat bertentangan dengan aturan agama, orang tersebut akan mendapat sial jika bertemu dengan pendekar kuat.
BACA JUGA:Menjelajahi Keberagaman Etnis dan Budaya di Pulau Kalimantan, Tempat yang Ajaib dan Menakjubkan
Bukan tanpa alasan pejuang ini bersumpah akan seketika mengubah apapun menjadi batu.
Dalam versi Suku Serawai (Semidang Alas Bengkulu Selatan), Si Pahit Lidah berasal dari Jazirah Arab yang mendapat penugasan dari Batara Majapahit untuk menjadi duta Majapahit di Bengkulu.
Dari pernikahan itu, Diwe Gumay mempunyai dua anak, yakni Ratu Iskandar Alam dan Ratu Selibar Alam.
Ratu Selibar Alam pergi ke Pagaruyung-Minangkabau dan keturunannya ada dipagaruyung.
Ratu Iskandar Alam, berputra Ratu Djemenang Sakti, berputra Ratu Gandjaran, berputra Ratu Menggale (Semenggale ), berputra Ratu Semenggali, berputra Ratu Berdjunjang Sakti, berputra Ratu Radje Kuase (Meradje Mengkuse), berputra Ratu Radje Mude (Ratu Kebuyutan), yaitu Ratu terakhir.