Kisah Perlawanan Gigih Rakyat Palembang Melawan Penjajah, Begini Cara Wong Kito Taklukkan Belanda!

Kamis 15-02-2024,17:25 WIB
Reporter : Erick
Editor : Bodok

BACA JUGA: Top 5 Konsol Game yang Wajib Dimiliki, Inilah Daftar Yang Terpopuler Tahun 2024!

Perlawanan Heroik Rakyat Palembang Melawan Penjajah

Perjuangan sengit dan tak kenal lelah rakyat Palembang, Sumatera Selatan, dalam melawan penjajah telah meninggalkan jejak yang tak terlupakan dalam sejarah perjuangan bangsa Indonesia.

Dilatarbelakangi oleh semangat kemerdekaan, upaya gigih yang dilakukan warga Palembang di masa lalu menjadi pilar penting dalam perjuangan menuju kemerdekaan Indonesia seperti yang kita nikmati saat ini.

Perlawanan yang dilakukan oleh Sultan Mahmud Badaruddin, yang menggantikan ayahnya pada tahun 1804, menjadi tonggak penting dalam perlawanan melawan penjajah di kawasan Palembang.

BACA JUGA:Fakta Menarik dan Unik Tana Toraja, Dari Wisata Hingga Kebudayaan

BACA JUGA:Jelajahi Pesona Pantai Puru Kambera, Keindahan Alam Sumba Timur yang Terhampar di Tepian Pohon Cemara

Dikenal dengan kepribadian yang kuat, kecakapan diplomasi, serta keahlian dalam strategi perang, Sultan Mahmud Badaruddin berhasil memimpin perlawanan rakyat Palembang dengan gagah berani.

Perlawanan dan Kekuasaan di Palembang

Seiring dengan runtuhnya kekuasaan VOC dan krisis ekonomi yang dihadapi pemerintah Hindia Belanda, kekuasaan di Palembang bergeser ke tangan Inggris, meskipun dengan beberapa pergolakan dan pertentangan yang terjadi.

Pergantian kekuasaan tersebut juga mempengaruhi dinamika politik internal di Palembang, termasuk pembentukan aliansi dan perjanjian dengan pihak asing, seperti yang terjadi antara Sultan Mahmud Badaruddin dengan Inggris.

BACA JUGA:6 Rahasia Sukses! Begini Cara Mengatur Keuangan ala Gaya Hidup Orang China

BACA JUGA:9 Negara Bersalju Di Asia Yang Bisa Jadi Tujuan Wisata Musim Dingin!

Akhir Perjuangan dan Kembalinya Penjajah

Meskipun perlawanan rakyat Palembang berlangsung dengan heroik dan gigih, pada akhirnya, pengaruh penjajah kembali menguat, terutama setelah kembalinya Belanda pada tahun 1816.

Meskipun demikian, semangat perlawanan tidak pernah padam, dan dukungan terus berdatangan dari daerah-daerah sekitarnya, menggugah semangat perlawanan yang meluas hingga ke wilayah Bangka, Lingga, dan Riau.

Kategori :