Meskipun suku Polahi mengklaim bahwa anak-anak mereka normal dan sehat, namun tidak ada bukti ilmiah yang mendukung klaim tersebut.
Sebaliknya, banyak penelitian yang menunjukkan bahwa pernikahan sedarah dapat meningkatkan kemungkinan terjadinya kelainan kromosom, penyakit bawaan, dan gangguan mental.
Selain itu, tradisi pernikahan sedarah juga menimbulkan masalah sosial dan hukum yang serius.
Di Indonesia, pernikahan sedarah adalah tindakan yang melanggar hukum dan norma sosial.
Orang-orang yang melakukan pernikahan sedarah dapat dihukum dengan pidana penjara dan denda.
Selain itu, pernikahan sedarah juga dapat menimbulkan stigma dan diskriminasi dari masyarakat luas.
Orang-orang yang terlibat dalam pernikahan sedarah dapat dianggap sebagai orang-orang yang tidak bermoral, tidak waras, dan tidak beradab.
Oleh karena itu, suku Polahi harus menghadapi tantangan besar dalam mempertahankan tradisi pernikahan sedarah mereka di tengah tekanan dan perubahan yang terjadi di dunia modern.
BACA JUGA:4 Senjata Tradusional Suku di Sumatera Selatan, Sebagai Pelindung Yang Bernilai Kultur Budaya
Mereka harus memilih antara tetap setia pada tradisi nenek moyang mereka atau beradaptasi dengan tuntutan zaman.
Mereka juga harus mempertimbangkan dampak jangka panjang dari tradisi pernikahan sedarah bagi kesehatan dan kesejahteraan anak-anak mereka.
Suku Polahi dan tradisi pernikahan sedarahnya adalah salah satu contoh dari keragaman dan keunikan budaya yang ada di Indonesia.
Suku Polahi menghadirkan gambaran yang unik tentang kehidupan dan nilai-nilai mereka yang berbeda dari budaya lainnya.