Menurut penilaian sejarahwan, rencana meminang putri Diah Pitaloka murni dilatari cinta, bukanlah kekuasaan.
BACA JUGA:Gempur Dunia Otomotif dengan Trobosan Terbaru! Polytron Kenalkan Fox R yang Makin Canggih
Kecantikan paras Putri Diah Pitaloka akhirnya meluluhlantakkan hati sang raja Majapahit Hayam Wuruk.
Calon tunangannya, Putri Dyah Pitaloka Citraresmi, putri raja Sunda, Prabu Linggabuana, pada 1350 M - 1389 M.
Yang berujung mengutus Patih Madhu, sebagai seorang mak comblang dari Majapahit diutus ke kerajaan untuk meminangnya.
Senang dengan lamaran dan melihat kesempatan untuk membina aliansi dengan Majapahit, kerajaan terkuat di wilayah itu, raja Sunda memberikan restunya.
BACA JUGA:3 Sejarah Unik Gunung Kawi! Benarkah Tempatnya Para Raja Mencari Kesaktian?
Dan memutuskan untuk menemani putrinya ke Majapahit untuk pernikahan.
Namun, Gajah Mada, yang sangat berambisi menaklukan seluruh Nusantara menganggap Pajajaran tunduk di bawah Majapahit melalui pernikahan itu.
Merespons persyaratan Gajah Mada, Pajajaran tidak terima, hingga menyebabkan Perang Bubat, yang terjadi di bagian utara Trowulan, Mojokerto.
Pada masa jayanya, Kejayaan Majapahit mampu menguasai hampir seluruh Nusantara, yang kini menjadi Indonesia dan beberapa wilayah di sekitarnya.
BACA JUGA:Ada Cerita Cinta dan Kekuasaan Dibalik Perang Bubat, Kerajaan Ini Pun Tak Tunduk Kepada Majapahit
Medan pertempurannya berlangsung di alun-alun Bubat, kawasan utara Trowulan, ibu kota Majapahit, pada tahun 1279 Saka atau 1357 Masehi.
Dikuti buku pararaton, Gajah Mada melaporkan perilaku (membangkang) orang Sunda (ke istana). Bhre Prameswara dari Wengker menyatakan siap berperang.
Dengan demikian, pasukan Majapahit mengepung orang Sunda. Tak mau menyerah, orang Sunda memilih mempertaruhkan nyawa.
Pertempuran tidak bisa dihindari. Sorak-sorai bergemuruh atas suara reyong. Raja Sunda, Raja Maharaja, adalah orang pertama yang kehilangan nyawanya.