Ia menjadi seorang pria yang hidup serba kekurangan. Henry hidup serba kekurangan dan tidak memiliki apapun.
Walaupun begitu ia memiliki hobi dari dulu yaitu melukis. Ia melukis apapun yang dilihat dan dirasakan di sekitarnya.
Selain itu, Henry juga melukis luka-luka yang diderita karena tragedi 1998. Oleh karena itu, Alisa tertarik dengan lukisan-lukisannya yang penuh ekspresi dan emosi.
Mencoba Mengenali Henry Lebih Dalam
BACA JUGA:22 Januari, PT PAL Indonesia Lakukan Peletakan Lunas LPD Tarlac Class Pesanan Filipina
Lukisan Henry memang berbeda dari lainnya karena tampak nyata penuh ekspresi. Maka dari itu, Alisa menawarkan kerja sama dengan Henry.
Alisa memberi tawaran pada Henry untuk menggelar pameran bersama. Tetapi, Henry selalu menolak tawaran Alisa untuk bekerja sama.
Henry memiliki pendapat bahwa lukisan merupakan caranya untuk melampiaskan perasaan bukan cari uang. Bagi Alisa, Henry penuh teka-teki yang sulit terpecahkan.
Ia berpikiran bahwa seharusnya semua pelukis ingin melakukan pameran dan mendapatkan uang. Secara perlahan Alisa mencoba untuk mendekati Henry dan mengenalinya lebih dalam.
BACA JUGA:Drawing Copa Del Rey : Barcelona Jumpa Athletic Bilbao, Ramos Siap Balaskan Dendam Real Madrid
Korban Tragedi 1998
Sinopsis Melukis Luka berlanjut ketika Alisa mencoba mengetahui lebih dalam tentang latar belakang dan kisah hidup Henry.
Alisa terkejut setelah mengetahui bahwa satu korban tragedi 1998 yang menimpa etnis Tionghoa Glodok.
Pada tragedi itu Henry kehilangan keluarganya dan harus hidup sendirian. Setelah mengetahui hal tersebut Alisa merasa bersalah karena tidak peduli dengan masalah sosial di sekitarnya.
BACA JUGA:PIALA ASIA 2023 : Indonesia Masih Miliki Asa Untuk Lolos, Usai Kandaskan Vietnam 1-0
Di sisi lain, Alisa merasa kagum dengan Henry karena tetap tegar. Henry tetap berusaha bertahan hidup walaupun menghadapi banyak kesulitan.