PAGARALAMPOS.COM - Sejarah mengenai kerajaan-kerajaan kuno yang saling berperang untuk menguasai wilayah lain sangatlah menarik.
Salah satu kisah perang yang terkenal adalah Perang Bubat, yang juga dikenal sebagai Perang Pasundan.
Perang ini melibatkan pertarungan antara tentara Raja Sunda dan tentara Majapahit. Pada masa itu, wilayah Sunda berada di bawah kekuasaan Pajajaran, dan belum berada di bawah kendali Majapahit.
Majapahit, pada awalnya, enggan untuk menguasai wilayah Sunda. Hal ini disebabkan oleh hubungan historis antara Jawa dan Sunda, di mana para raja Sunda dianggap memiliki hubungan kekerabatan dengan penguasa Jawa Timur.
Perang Bubat, yang terjadi di bawah kepemimpinan Gajah Mada, merupakan titik hitam dalam hubungan antara Majapahit dan Pajajaran. Sebelum peristiwa tersebut, ada harapan untuk menyatukan Jawa dan Sunda secara damai.
Raja Majapahit, Hayam Wuruk, berusaha menjalin hubungan baik dengan Pajajaran melalui pernikahan dengan putri Sunda, Dyah Pitaloka. Menurut sejarah, niat Hayam Wuruk meminang Dyah Pitaloka bukanlah semata-mata untuk memperluas kekuasaan, melainkan didorong oleh rasa cinta.
Dyah Pitaloka, putri Raja Sunda Prabu Linggabuana, menerima lamaran Majapahit dan bersedia untuk menikah. Namun, Gajah Mada, yang sangat ambisius untuk menguasai seluruh Nusantara, menganggap bahwa pernikahan tersebut sebagai kesempatan untuk menaklukkan Pajajaran. Hal ini menimbulkan ketegangan dan konflik yang kemudian dikenal sebagai Perang Bubat.
Perang ini berlangsung di alun-alun Bubat, di utara Trowulan, ibu kota Majapahit, pada tahun 1279 Saka (1357 Masehi). Pasukan Majapahit mengepung pasukan Sunda, yang memilih bertempur daripada menyerah. Pertempuran ini berakhir tragis dengan jatuhnya Raja Sunda dan banyak korban di pihak Sunda.
Tragedi ini menjadi catatan hitam dalam hubungan Majapahit dan Pajajaran. Dyah Pitaloka Citraresmi, putri yang akan menikah, memilih untuk mengakhiri hidupnya sendiri daripada mengalami nasib yang lebih buruk. Hayam Wuruk menyesali kejadian tersebut, dan hubungan antara Majapahit dan Gajah Mada menjadi tegang.
Perang Bubat berdampak besar pada hubungan diplomatik antara Majapahit dan Pajajaran, bahkan menyebabkan pemutusan hubungan antara keduanya. Akibatnya, pernikahan antara kerabat Sunda dan Majapahit menjadi tidak mungkin.
Sejarah mencatat bahwa Majapahit, di bawah pendiri Raden Wijaya, pada tahun 1293, mengalami kejayaan dengan menguasai hampir seluruh Nusantara. Namun, mereka tidak dapat menguasai Pajajaran yang merupakan wilayah strategis bagi mereka. Pajajaran, dengan ibu kota terakhirnya di Dayo, memiliki benteng megah dan pertahanan yang kuat.
Kekuasaan Majapahit yang luas diakui di seluruh Asia, tetapi mereka tidak pernah bisa menaklukkan Pajajaran sepenuhnya. Dengan keunikan dan tantangan yang dihadapi Pajajaran, Gajah Mada akhirnya enggan untuk melanjutkan serangan secara militer.