Selain itu, smelter ini juga akan menghasilkan produk sampingan, termasuk emas dan perak murni sebanyak 6 ribu ton per tahun, asam sulfat sebanyak 1,5 juta ton per tahun, terak tembaga sebanyak 1,3 juta ton per tahun, dan gipsum sebanyak 150 ribu ton per tahun.
Pentingnya proyek ini tidak hanya terletak pada kapasitas produksi dan pendapatan ekspor yang signifikan.
Smelter ini juga memberikan dampak positif pada ketenagakerjaan, menyerap 150 ribu pekerja, dengan 98% di antaranya merupakan tenaga kerja Indonesia.
Ini mencakup pekerja lokal sebanyak 50%, menciptakan peluang ekonomi yang signifikan di tingkat lokal.
BACA JUGA:Masa Depan Otomotif, Begini Keunggulan Polytron Fox R Motor Listrik Dengan Spesifikasi Canggih
Selain proyek smelter, PT Freeport Indonesia juga terlibat dalam proyek ekspansi PT Smelting yang diharapkan selesai pada akhir tahun ini.
Biaya sekitar US$ 250 juta dikeluarkan untuk proyek ini, dengan pinjaman yang akan dikonversi menjadi ekuitas, meningkatkan kepemilikan PT-FI di PT Smelting menjadi kepemilikan mayoritas.
Di samping itu, proyek Precious Metal Refinery (PMR) untuk mengolah emas dan perak dari Smelter Manyar dan PT Smelting juga sedang dalam tahap konstruksi.
Proyek senilai US$ 525 juta ini dijadwalkan rampung pada tahun 2024, membuktikan komitmen PT Freeport Indonesia dalam mencapai keunggulan dalam industri pertambangan dan hilirisasi di Indonesia.
BACA JUGA:Lagi Liburan ke Palangkaraya? Coba Deh Kunjungi 3 Destinasi Wisata ini
Dengan langkah-langkah besar ini, Indonesia memasuki babak baru dalam mengoptimalkan sumber daya alamnya, memberikan dampak positif pada pertumbuhan ekonomi, pembangunan infrastruktur, dan kesejahteraan masyarakat.
Keberhasilan proyek ini akan memperkuat posisi Indonesia sebagai pemain utama dalam industri pertambangan global.*
Source: www.cnbcindonesia.com - RI Bakal Punya Pabrik Penghasil 50 Ton Emas, Ini Pemiliknya