PAGARALAMPOS.COM – Cerita ini tentang seorang pangeran dari daerah Sumidang yang bernama Pangeran Serunting.
Seperti kita ketahui, Pahit Lidah sendiri merupakan julukan yang diberikan kepada orang yang “berlidah kuat”.
Dalam versi Suku Serawai (Semidang Alas Bengkulu Selatan), Si Pahit Lidah berasal dari Jazirah Arab, yang mendapat penugasan dari Batara Majapahit untuk menjadi duta Majapahit di Bengkulu.
Di Bengkulu, untuk mempermudah tugasnya, Si Pahit Lidah kemudian mengawini putri Raja Serawai.
BACA JUGA:Menjelajahi Keajaiban Wisata Inggris, Dari Sejarah Kuno Hingga Kehidupan Modern
Sedangkan dalam versi suku Gumay Besemah, si Pahit Lidah disebut Pangeran Sukemilung, putra Ratu Radje Mude (Ratu Kebuyutan), penguasa terakhir Bukit Siguntang.
Dalam versi ini, Si Pahit Lidah akan menjadi keturunan Diwe Gumai yang ke-9.
Kisah Diwe Gumai di Bukit Siguntang ini, mirip dengan kisah Legenda Palembang, yang berkisah tentang Raja Sulan (Diwe Gumai), yang berputera Raja Mufti (Ratu Iskandar Alam) dan Raja Alim (Ratu Selibar Alam).
Dimana kemudian anak keturunan Raja Alim (Ratu Selibar Alam) hijrah ke pedalaman membangun Kerajaan Pagar Ruyung.
BACA JUGA:Danrem 012/TU Raih Penghargaan Program Ketahanan Pangan Nasional Terfavorit TNI AD
Dari kedua versi di atas, bisa diambil jalan tengah Si Pahit Lidah sejatinya putera asli Sumatera, yang kemudian belajar di jazirah Arab, sepulang belajar ia mengabdi di Kerajaan Majapahit.
Dan dikarenakan kedekatan kultural, Si Pahit Lidah diangkat menjadi Duta Majapahit untuk Negeri Bengkulu.
Sosok Si Pahit Lidah yang belajar di Jazirah Arab, memberi petunjuk sesungguhnya Si Pahit Lidah adalah seorang ulama penyebar dakwah Islam.
Ia dijuluki Si Pahit Lidah, mungkin dikarenakan cara dakwahnya yang tegas, tidak segan-segan mengungkapkan satu ayat (kebenaran) meskipun dirasa pahit oleh pendengarnya.
BACA JUGA:Mendagri Desak Polri Aktif Awasi Kampanye Hitam Jelang Pemilu 2024