Tak sedikit pula yang meninggal karena kedinginan dan kelaparan karena kehabisan bahan makanan.
Hingga akhirnya para korban selamat yang tersisa dengan sangat terpaksa memutuskan;
untuk memakan daging mayat kawannya yang telah meninggal hanya demi untuk bertahan hidup.
BACA JUGA:Pasar Indonesia, Ponsel Cerdas 2023, Inilah 5 Rekomendasi-Nya Mas Bos
Mereka yang selamat harus mencari alat pemancar sinyal atau radio untuk meminta bantuan.
Namun yang jadi masalah, radio tersebut terletak di belahan pesawat jatuh entah di mana.
Sepuluh minggu kemudian, hanya enambelas dari empatpuluh lima orang penumpang yang ditemukan dalam keadaan hidup.
BACA JUGA:Rudal Jelajah Jarak Menengah Untuk FA-50 Fighting Eagle, Siap Dalam Tiga Tahun
Kisah ini dituliskan oleh salah seorang korban yang selamat, kemudian diproduksi dalam bentuk film pada 1993.
Didedikasikan untuk mengenang ke-29 penumpang lain yang telah tewas di Pegunungan Andes itu.*