PAGARALAMPOS.COM - Ratusan makam kuno di kawasan Bendungan Keureuto, Aceh Utara, ditemukan Tim arkeolog Badan Pelestarian Kebudayaan (BPK) Wilayah I Aceh.
Batu nisan tersebut diyakini merupakan peninggalan peradaban Islam Samudra Pasai abad ke-13.
Menurut informasi, batu nisan gaya Perlak bentuknya seperti vas dengan alas datar, dapat dibagi menjadi empat bagian, yaitu bagian pasak yang menopang beban agar batu nisan dapat berdiri tegak.
Bagian kaki kemudian ditandai dengan jahitan berbentuk dua garis lurus horizontal untuk memisah kan area pergelangan kaki dengan area tubuh.
BACA JUGA:Gak Usah Bingung Lagi! Inilah 5 rekomendasi Tempat Wisata di Pagar Alam Yang Paling Populer
Lalu yang ketiga, badannya ditandai dengan pinggiran vertikal yang membentuk lekukan seperti cekungan.
Hal ini diketahui dari bentuk batu nisan kuno yang mempunyai ciri khas batu nisan Aceh mirip gaya Perlak dan gaya Samudera Pasai.
Ratusan batu nisan kuno di Aceh Utara dan Bener Meriah terkena dampak proyek Bendungan Krueng Keureuto. Warga meminta mereka yang bertanggung jawab melaksanakan proyek tersebut untuk berhenti menghancurkan batu nisan, sementara para arkeolog merekomendasikan inventarisasi dan memastikan keamanan.
Redelong - Wakil Ketua Balai Pelestarian Kebudayaan (BPK) Wilayah I Aceh, Toto Haryanto, belum dapat menyimpulkan tipologi ratusan nisan yang terkena dampak pembangunan Waduk Krueng Keureuto, Aceh Utara dan Bener Meriah. Namun, dari dugaan awal ratusan nisan tersebut memiliki kaitan dengan peradaban Islam Samudera Pasai.
BACA JUGA:Mirip-mirip Galaxy Z Fold5, Samsung Keluarkan Laptop Lipat Pertamanya! Ini Harganya
"Kita belum dapat menyimpulkan, sebab harus ada penelitian lain dengan metode khusus," ujar Toto kepada Haba Aceh.id Sabtu (19/8).
Toto merupakan Ketua Tim Survey Arkeolog yang langsung turun ke lokasi setelah adanya kabar terkait temuan makam kuno yang terkena imbas Proyek Strategis Nasional (PSN) Waduk Krueng Keureuto.
Ratusan makam tersebut berada di wilayah Paya Bakong, Aceh Utara, dan Kampung Simpur, Kecamatan Mesidah, Kabupaten Bener Meriah.
Dari hasil amatan sementara, Tim Arkeolog dari BPK Wilayah I Aceh menduga nisan tersebut merupakan hasil kebudayaan abad ke-13.
BACA JUGA:Bikin Ciut Nyali, Inilah Daftar Roket Hamas Yang Serang Israel Secara Besar-Besaran
Para arkeolog yang terjun ke lokasi juga turut mengeluarkan beberapa rekomendasi dan saran terkait temuan ratusan nisan tersebut.
Salah satunya agar instansi terkait menginventarisir dan mendaftarkannya sebagai Objek Dugaan Cagar Budaya (OCDB) kompleks pemakaman itu.
Tim juga merekomendasikan agar Dinas Pendidikan Bener Meriah berkoordinasi dengan Disbudpar Aceh untuk memberikan rekomendasi penetapan ratusan nisan kuno tersebut sebagai Cagar Budaya.
Lebih lanjut, Tim Arkeolog BPK Wilayah I Aceh juga meminta PT Brantas Abipraya menghentikan sementara pemindahan ODCB makam di areal kerjanya.
BACA JUGA:India Percepat Upgrade 272 Unit Su-30MKI Jadi Super Sukhoi, Tak Kalah Saing Dengan Cina dan Pakistan
Pihak pelaksana proyek juga diminta untuk memberikan perlindungan sementara terhadap ODCB nisan yang telah dipindahkan agar aman dari ancaman kerusakan atau bahkan hilang.
Sementara itu, Azam salah satu warga Aceh Tengah menduga ratusan nisan kuno tersebut merupakan penanda makam para leluhur Gayo.
Selain itu, dia menyebut terdapat makam Pang Kileta tau Murahim di lokasi yang ikut terkena dampak pembongkaran tersebut.
"Menurut ahli waris dan keyakinan kami sebagai orang Gayo, makam kuno di Paya Bakong itu adalah makam Pang Kilet atau bernama Murahim," kata Azam usai menggelar aksi di Kantor DPRK Bener Meriah, Jumat (18/8) kemarin.
BACA JUGA:Ruslan Abdulgani Terpilih Secara Aklamasi Sebagai Ketua Kosgoro Kota Pagaralam
Azam mengatakan Pang Kilet merupakan orang alim yang dikeramatkan oleh warga Gayo.
Berdasarkan pembacaan mod tipologi, menurutnya nisan-nisan yang ada di lokasi merupakan produk kebudayaan Pasai antara abad 13 hingga 15 Masehi.
"Kita berharap persoalan ini tuntas, komitmen mereka tidak memindahkan makam-makam kuno itu agar tidak menghilangkan bukti sejarah leluhur orang Gayo," tegas Azam.
Artikel ini telah tayang dilaman Haba asceh.id dengan judul: Terkait Makam Kuno di Bendungan Keureuto, Ini Rekomendasi Arkeolog