Tergerusnya kearifan lokal ini katanya, dimulai sejak Pemerintah Pusat menghapuskan sistem pemerintahan marga di Besemah.
“Begitu marga dihapuskan dan diganti dengan sistem kecamatan dan desa, kearifan lokal Besemah mulai terkikis,”ucapnya.
BACA JUGA:'Ngulangi Rasan dan Nueghi Rasan', Tradisi Melamar Suku Besemah Yang Tetap Bertahan
Itu bisa terjadi lanjut Vebri karena desa yang dipimpin seorang Kepala Desa (Kades)maupun kecamatan yang dipimpin camat tidak memiliki peranan secara kultural.
Pejabat desa dan kecamatan hanya berperan dalam bidang struktural saja. Inilah sebabnya peranan kultural yang melekat pada Pesirah - pemimpin marga - seperti menjaga kearifan lokal menjadi hilang.
“Saat ini arahnya menuju individualistis. Padahal masyarakat Besemah ini terkenal dengan komunalnya (kekeluargaan),”tuturnya.
Kondisi itu ditambahkan Vebri, diperparah dengan tujuan pendidikan di masa kini yang mengarah kepada konsumtif. Sekolah katanya didesain untuk menciptakan para pekerja yang siap pakai.
BACA JUGA:Budaya Menjaga Batasan 'Singkuh-Sundi', Cara Suku Besemah Menghindari Perzinahan
“Kalau sekarang kita tanya kamu sekolah di sana untuk apa? Pasti dijawabnya untuk bekerja di sana. Padahal sekolah tidak sesempit itu,”paparnya.
Untuk itu, Satar maupun Vebri mendorong supaya seluruh pihak di Pagaralam untuk segera melakukan tindakan lebih lanjut.
Peranan pemerintah kata Vebri sangat dibutuhkan, misalnya membuat kebijakan supaya masyarakat tidak buta dengan sejarah dan budaya sendiri.
Sejalan dengan Ajaran Islam
BILA dicermati, kearifan lokal masyarakat Besemah yang memperhatikan anak umang dan kerbai jande sejalan dengan ajaran Islam.
Banyak perintah Allah yang termuat dalam ayat Al-Qur’an yang menyuruh berbuat baik kepada anak-anak yatim dan janda miskin. Demikian pula denga hadist Nabi Muhammad SAW.
Dalan surah An-Nisa ayat 36 misalnya Allah berfirman yang berarti “Sembahlah Allah dan janganlah kamu mempersekutukan-Nya dengan sesuatupun.