Sejarawan China juga menyebut bahwa Jung sempat berlayar ke perairan daratan China Selatan sampai ke ‘kepulauan rempah-rempah’ yaitu Indonesia.
BACA JUGA:KRI Dr Soeharso, Rumah Sakit yang Berlayar di Lautan
Bukan hanya untuk kebutuhan aktivitas perjalanan militer atau misi kerajaan lain. Namum eksplorasi lautan pada zaman dulu menjadi sebuah seni dan keahlian yang penting.
Itulah mengapa, persiapan armada sebisa mungkin dibuat spektakuler dan sangat kuat. Dari segi ukuran, ternyata kapal ini lebih masih besar dari ukuran kapal pasukan Laksamana Cheng Ho.
Ukuran panjangnya adalah 50 meter dengan kekuatan membawa beban maksimal 1.000 ton.
Sementara itu, kapal Laksamana Cheng Ho berkekuatan 275-500 ton.
Tidak kurang dari sepuluh ribu kargo yang tingginya mencapai 4-7 m, yang membuatnya hebat adalah pembuatannya tidak menggunakan bahan besi, melainkan hanya kayu.
BACA JUGA:Selain Miliki Pesona Indah, Teryata Gunung Lawu Miliki Daya Tarik Unik Lainnya Loh
Hal itu juga berlaku untuk kapal pinisi. Para pelaut Nusantara pada zaman dulu memasang pasak dengan kuat agar mampu menempelkan setiap bagian kapal.
Susunan bagian dinding adalah dari lapisan-lapisan papan kayu jati terbaik. Ada juga semacam cadik atau dayung dari dua bilah yang berada pada belakang dek kapal.
Pada setiap kapal Jung ada beberapa jenis layar besar, lengkap dengan sebuah busur berukuran besar yang berfungsi untuk pengendali angin.
Menjadi Andalan Kerajaan Majapahit dan Sekaligus Simbol Kekuatan Maritim
BACA JUGA:Asmara Ratu Tribuuwana Tunggadewi, Dibalik Ambisi Gajah Mada Menaklukkan Nusantara
Pierre Yves Manguin seorang arkeolog yang juga rekan sejarawan Denys Lombard pernah memberikan deskripsi tentang kapal Jung.
Dngan perwujudan sebagai kapal raksasa yang berasal dari galangan kapal tidak jauh dari kawasan hutan jati Cirebon, Jepara, dan Tuban.
Selain menjadi kendaraan militer Majapahit, kapal ini juga merupakan kapal utama untuk perdagangan antar penduduk Asia Tenggara.