Letusan besar pada tahun 1818 dan 1860 menciptakan jejak dalam sejarah, mengirimkan abu vulkanik hingga ke pesisir Pekalongan dan Kebumen.
Bahkan pada awal abad ke-20, letusan-letusan kecil tetap menggema. Pada tahun 1923, suara ledakan menggemparkan kawasan sekitar.
BACA JUGA:Candi Tertinggi Diatas Gunung! Ini Penemuan Peninggalan Majapahit Yang Menakjubkan Di Jawa Timur
Legenda Keluarga dan Dua Anak Kembar
Dalam legenda yang berkembang di sekitar Gunung Sindoro, terdapat kisah keluarga dengan dua anak kembar.
Kedua anak ini memiliki kepribadian yang sangat berbeda, satu anak yang sopan dan bijaksana, sementara yang lain nakal dan suka menyebabkan masalah.
Konflik dan pertengkaran antara mereka akhirnya membawa sang ayah untuk bertindak, dan dalam kemarahan yang meluap-luap, ia memukul anak yang nakal hingga menjadi yang terluka – seperti bagian Sumbing.
Sedangkan anak yang lebih sopan diberi nama "ndoro", yang berarti bijaksana dan sopan dalam bahasa Jawa.
BACA JUGA:Trending Style 2023! 7 Gaya Rambut Pendek Ini Cocok Banget Buat Makin Cantik
Legenda ini mengilhami sebutan Gunung Sindoro dan Gunung Sumbing, yang letaknya berdekatan, mencerminkan dua karakter yang berbeda namun saling terhubung.
Mitos Makhluk Halus dan Bidadari
Mitos yang melingkupi Gunung Sindoro juga menghidupkan makhluk-makhluk halus dalam kepercayaan masyarakat. Ada cerita tentang jin baik yang mendiami gunung ini.
BACA JUGA:Rekomendasi Pilihan Tablet Bagus Dari Xiaomi, Spesifikasi Tinggi Dengan Harga Terjangkau Ada Disini!
Konon, makhluk halus ini hanya akan mengganggu para pendaki yang melakukan kejahatan atau perbuatan buruk.
Sebaliknya, ada pula mitos yang mengatakan bahwa Gunung Sindoro dihuni oleh bidadari cantik.
Bidadari ini terhubung dengan keberadaan bunga edelweis yang harum, yang tumbuh di puncak gunung.