PAGARALAMPOS.COM - Orang Polahi salahsatu suku di Indonessia yang memiliki keunikan dalam hal tradisi.
Berbeda dengan adat suku lainnya di Nusantara. Dalam hal tradisi perkawinan. Sehingga telah menarik perhatian para peneliti dan antropolog selama bertahun-tahun.
Pada artikel kali ini, kita akan menelusuri asal usul suku Polahi, jejak sejarahnya, dan bagaimana mereka mempertahankan identitas uniknya di tengah perubahan zaman.
BACA JUGA:AKBP Erwin Irawan SIK MH Jadi Bapak Asuh Stunting Pagar Alam, Karena Ini Yang Diperbuat
Melalui kajian mendalam ini, kami akan berupaya memahami prospek dan tantangan yang dihadapi suku ini, serta sejauh mana mereka terkena dampak dunia modern yang terus berubah.
Foto : Tradisi suku.-Menguak Perkawinan Sedarah Suku Polahi, Kawini Ibu Kandung Tetap Tinggal Satu Atap Dengan Keluarga-Google.com
Ketika suku Polahi menghadapi dampak pengaruh luar, kekuatan mereka dalam mempertahankan esensi tradisionalnya menjadi sumber inspirasi.
Kehidupan di hutan lebat di Gorontalo memungkinkan mereka untuk tetap terisolasi dari arus utama perubahan, namun dampak globalisasi dan interaksi dengan komunitas lain mulai memberikan dampak.
Meskipun beberapa perubahan positif telah terjadi dalam hal kesejahteraan dan pendidikan, aspek-aspek tertentu dari tradisi mereka terus menimbulkan pertanyaan dan perdebatan di masyarakat luas.
BACA JUGA:Pagar Alam Krisis Air Bersih, Kapolres Distribusikan Air Bersih dengan Amoured Water Cannon
Menyeimbangkan warisan budaya dan kebutuhan akan perubahan merupakan dinamika yang terus dihadapi suku Polahi dalam perjalanannya menuju masa depan yang lebih baik.
Meski pernikahan sedarah dianggap tabu, namun hal itu masih sering terjadi di suku Polahi.
Selain itu, poligami juga diterima di suku ini, dan para pria suku Polahi tidak keberatan untuk menikahi lebih dari satu wanita.
Sistem poligami yang unik ini seringkali berhubungan dengan pernikahan sedarah di suku Polahi, seperti menikahi dua saudara kandung sekaligus dan sebagainya.
Yang lebih mengejutkan, meskipun pernikahan sedarah sering kali dikaitkan dengan kelahiran anak-anak yang cacat, namun di suku Polahi tidak terdapat anak-anak cacat dari pernikahan sedarah tersebut.