Konflik ini pada dasarnya bersifat politis dan nasionalistik, dan didorong oleh peristiwa sejarah.
Konflik ini juga memiliki dimensi etnis atau sektarian, meski bukan konflik antar agama.
BACA JUGA:GELISAH Suku Ini Bikin Melongo Saat Malam Pertama!
Salahsatu isu utama adalah status konstitusional Irlandia Utara.
Pihak Unionis/loyalis, yang mayoritas beragama Protestan dan memiliki kewarganegaraan Britania Raya (bersama dengan yang lainnya dari Irlandia Utara), ingin Irlandia Utara tetap berada di bawah Britania Raya.
BACA JUGA:Mistis Gerbang Majapahit, Jejak Sejarah Kejayaan Kerajaan di Nusantara
Di pihak lain, kaum Nasionalis Irlandia/republiken, yang kebanyakan orang Katolik, ingin Irlandia Utara meninggalkan Britania Raya dan bergabung dengan Irlandia Bersatu.
Konflik ini dimulai dari sebuah kampanye untuk mengakhiri diskriminasi terhadap kaum nasionalis/Katolik yang minoritas oleh pemerintah Unionis/Protestan dan kepolisian.
BACA JUGA:Pernikahan Aneh yang Malam Pertamanya Lakukan Hal Ini, Kok Bisa!
Kampanye protes ini dikecam oleh pemerintah dan disambut dengan kekerasan oleh para loyalis.
Yang dipandang kaum republiken sebagai kuda pengintai mereka.
Meningkatnya kekerasan secara luas, dan konflik antara pemuda nasionalis dan polisi.
BACA JUGA:Menguak Misteri Gerbang Majapahit, Bukti Sejarah Kerajaan Masa Lampau
Hingga akhirnya menyebabkan pengerahan tentara Britania Raya.
Meski pada awalnya disambut oleh warga Katolik, tentara secara bertahap dianggap menjadi semakin kasar.*