PAGARALAMPOS.COM - Suku Polahi tidak menerima pendatang. Hal ini membuat masyarakat dari luar suku Polahi harus menggunakan pemandu yang sudah diterima oleh mereka.
Saat suku Polahi menghadapi dampak pengaruh eksternal, kekuatan mereka dalam mempertahankan esensi tradisional.
Memberikan inspirasi Kehidupan di pedalaman hutan Gorontalo memungkinkan mereka untuk tetap terisolasi dari arus utama perubahan.
Namun dampak globalisasi dan interaksi dengan komunitas lain mulai memberikan pengaruh.
BACA JUGA:Jangan Ragu Lagi! ini Rekomendasi Tablet Murah dengan Fitur dan Spesifikasi yang Makin Canggih!
Meskipun beberapa perubahan positif telah terjadi dalam hal kesejahteraan dan pendidikan, ada aspek-aspek dari tradisi mereka yang tetap menimbulkan pertanyaan dan perdebatan di kalangan masyarakat luas.
Keseimbangan antara warisan budaya dan tuntutan perubahan adalah dinamika yang terus dihadapi oleh suku Polahi dalam perjalanan mereka menuju masa depan yang lebih baik.
Meskipun pernikahan sedarah dianggap tabu di luar sana, hal ini merupakan hal yang lazim di suku Polahi.
Selain itu, poligami juga diterima di suku ini, dan para pria suku Polahi tidak keberatan untuk menikahi lebih dari satu wanita.
Sistem poligami yang unik ini seringkali berhubungan dengan pernikahan sedarah di suku Polahi, seperti menikahi dua saudara kandung sekaligus dan sebagainya.
Yang lebih mengejutkan, meskipun pernikahan sedarah sering kali dikaitkan dengan kelahiran anak-anak yang cacat, namun di suku Polahi tidak terdapat anak-anak cacat dari pernikahan sedarah tersebut.
Anak-anak yang lahir dari pernikahan sedarah di suku Polahi justru normal dan sehat. Fenomena ini menjadi misteri yang belum terpecahkan di suku Polahi.
Meskipun suku Polahi telah mengalami pengaruh dari luar dan kehidupan mereka lebih sedikit modern, tradisi pernikahan sedarah masih sering ditemui.
BACA JUGA:Situs Kuno Yang Tertinggal Di Pati Jawa Tengah, Ternyata Ini Kisah Dari Pintu Gerbang Majapahit!