Pondasi Candi Lawang cukup tinggi, terdiri dari dua tingkat yang diatasnya berdiri kaki candi, pelipit lingkaran, dan patma khas bunga teratai.
Selain itu masih terdapat Yoni di bagian atas lantai candi.
Pada kaki candi terdapat relief tirai berbentuk dedaunan, dan relief belah ketupat.
Pada candi ini terdapat beberapa candi pengiring atau candi pewara yang berdiri di kanan dan kiri candi induk.
BACA JUGA:Beri Dukungan Moril Prajurit, Pangdam Tanjung Pura Masuk Zona Merah di Papua Tengah
Diperkirakan ada empat pewara yang mengiringi candi induk ini.
Terdapat juga arca panteon Hindu yakni Agastya dan Durga Mahesasuramardini
dengan delapan lengan.
Candi Lawang diperkirakan dibangun pada abad ke 9 hingga 10 Masehi.
Mitos Candi Lawang
Banyak mitos yang menyertainya candi Lawang, konon katanya pada bagian pintu candi yang masih berdiri kokoh terdapat pengawal gaib kerajaan Majapahit.
BACA JUGA:Beri Dukungan Moril Prajurit, Pangdam Tanjung Pura Masuk Zona Merah di Papua Tengah
Pintu tersebut sering disebut sebagai portal gaib menuju kerajaan Majapahit.
Hal ini cukup aneh karena candi Lawang dibangun diperkirakan bukan di masa kerajaan Majapahit.
Kemudian juga berkembang mitos bahwa pintu tersebut merupakan gerbang gaib yang terhubung dengan laut Selatan.(*)