Dia dipandang terlalu kritis terhadap rezim, memilih independen daripada memihak pemerintah.
3. Buya Hamka
Buya Hamka, ulama kharismatik asal Minangkabau, adalah Ketua MUI pertama.
Keterlibatannya dalam partai Masyumi dan perbedaan pandangan dengan Soekarno terkait demokrasi dan nasakom mengakibatkan dua tahun penjara.
Meski berbeda sikap, di akhir hayatnya, Soekarno menginginkan Buya Hamka menjadi imam shalat jenazahnya.
BACA JUGA:Menenal Sejarah Bharatayudha: Kisah Perang Antar Saudara Pandawa dan Kurawa yang Melegenda
4. Pramoedya Ananta Toer
Pramoedya Ananta Toer, tokoh sastra Indonesia, memiliki hubungan yang rumit dengan penjara.
Dalam tiga periode yang berbeda zaman pendudukan Jepang, orde lama, dan orde baru—dia dipenjara.
Kritiknya terhadap pemerintahan Soekarno dalam tulisan membuatnya dipenjara selama satu tahun.
Dalam masa orde baru, novelnya yang kritis menyebabkan larangan penerbitan dan pengasingan ke Pulau Buru selama 14 tahun.
Kisah-kisah ini mengingatkan kita bahwa di balik sejarah kemerdekaan Indonesia, terdapat kompleksitas perjuangan dan pilihan yang harus dihadapi oleh tokoh-tokoh berpengaruh.
Meskipun kini kebebasan berpendapat telah diatur dalam undang-undang.
Kisah-kisah ini mengajarkan pentingnya menjaga hak-hak asasi manusia dan menghindari hukuman sepihak yang tidak adil.