Pioli juga mengatakan ingin melihat Loftus-Cheek lebih sering berada di dalam kotak penalti.
Pujian Allenatore memperjelas bahwa Loftus-Cheek sedang berada di puncak kariernya.
Lantas apa rahasia di balik kegagalan pemain berusia 27 tahun itu? Seperti dikutip Pagaralampos.com di La Gazzetta dello Sport, ada tiga kunci sukses di balik performa gemilang Loftus-Cheek belakangan ini di AC Milan.
Pertama, Loftus-Cheek merupakan akuisisi kedua AC Milan di musim panas ini.
Kunjungan pertamanya ke tim Rossoneri membuatnya berlatih penuh sejak awal di bawah arahan Pioli.
BACA JUGA:Rahasia Kesuksesan UMKM dengan Pinjaman Tanpa Bunga dari KUR BSI
Loftus-Cheek juga terlibat dalam latihan saat tim memulai latihan pramusim.
Kedua, posisi Loftus-Cheek di AC Milan membuatnya berkembang. Pioli telah menunjuk lulusan akademi Chelsea itu sebagai gelandang box-to-box di tiga skuad lini tengahnya.
Pelatih asal Italia itu menempatkan Loftus-Cheek bersama Tijjani Reijnders dengan Rade Krunic di posisi lini tengah utama.
Posisi striker memang menjadi posisi pilihan pemain kelahiran London itu sejak masih berada di akademi Chelsea.
BACA JUGA:Suku Indonesia Unik, Salahsatunya Soal Malam Pertama!
Ketiga dan terakhir, bantuan Fikayo Tomori membantu Loftus-Cheek beradaptasi.
Fikayo Tomori juga merupakan mantan pemain akademi Chelsea dan sebelumnya bergabung dengan AC Milan pada tahun 2021. Bek asal Inggris itu mampu membantu Loftus-Cheek menyesuaikan diri dan bertindak sebagai penerjemah rekan satu timnya atas instruksi Pioli, meski sang pelatih juga bisa berbahasa Inggris.
Investasi sebesar 16 juta euro (sekitar Rp 262 miliar) pada Loftus-Cheek menjadi pilihan tepat bagi AC Milan.
Usai kehilangan Sandro Tonali, Rossoneri mampu mendapatkan karakter baru yang menjadi penggeraknya.
BACA JUGA:Meski Jadi Primadona, Namun Berbagai Keajaiban Dari Gunung Ini Bikin Takjub Wisatawan!