Putri Gorontalo Utara, yang menjadi istri dari Kepala Suku Polahi generasi ketiga, membawa pengaruh agama Islam ke dalam kehidupan mereka.
Meskipun tidak menganut agama secara penuh, suku Polahi mulai menghormati larangan-larangan agama, seperti larangan memakan hewan-hewan tertentu.
3. Bahasa Tradisional yang Mengakar
Kehidupan di tengah pegunungan dan jauh dari perkembangan modern telah menjaga bahasa tradisional suku Polahi tetap hidup.
Bahasa Hulonthalo, bahasa asli Gorontalo, menjadi bahasa yang digunakan dalam interaksi sehari-hari.
BACA JUGA:Kisah Legenda Gunung Slamet, Monyet, Bima, dan Syekh Maulana Maghribi, Begini Kisahnya!
Mereka kurang mahir dalam berbahasa Indonesia yang baku, karena terisolasinya mereka dari perkembangan luar.
4. Tradisi Perkawinan yang Unik
Salah satu aspek budaya yang menonjol dari suku Polahi adalah tradisi perkawinan sedarah atau inses.
Meskipun dalam konteks budaya luas, perkawinan dianggap tabu dan bahkan ilegal, bagi suku Polahi, ini adalah bagian dari kehidupan mereka yang telah diwariskan secara turun-temurun.
Pernikahan bisa terjadi antara saudara kandung atau antara generasi yang berbeda, seperti antara orang tua dan anak. Ini merupakan tradisi yang membedakan mereka dari masyarakat lainnya.
Kehidupan suku Polahi di Gorontalo adalah cerminan keanekaragaman budaya dan keragaman cara hidup yang ada di Indonesia.
Mereka telah menjaga gaya hidup tertutup mereka dengan tekun dan gigih, meskipun perlahan mereka mulai menerima pengaruh dari luar.
Kehadiran suku Polahi mengajarkan kita tentang pentingnya menghormati berbagai bentuk kehidupan dan pandangan dunia yang berbeda.
Budaya mereka menjadi simbol keunikan dan kompleksitas manusia dalam menjalani kehidupan di dunia yang terus berkembang.***