PAGARALAMPOS.COM - Gunung Dempo, yang menjulang gagah di Provinsi Sumatera Selatan, Indonesia, bukan hanya sekadar gugusan puncak berawan yang menawan mata.
Di balik panorama alamnya yang memukau, gunung ini memegang rahasia yang mendalam dalam bentuk legenda "Manusia Harimau" yang berakar kuat dalam budaya lokal.
Kehadiran legenda ini tidak hanya menjadi mitos semata, melainkan juga mencerminkan makna spiritual yang dalam bagi masyarakat setempat.
Dalam artikel ini, kita akan merenungkan kecantikan alam Gunung Dempo dan menggali lebih dalam untuk mengungkap misteri Manusia Harimau serta makna spiritual yang tersembunyi di balik legenda tentang Kayu Panjang Umur.
BACA JUGA:Apa Rasanya Mengawini Ibu dan Saudara Kandung Sendiri? Terjadi di Tradisi Suku Polahi
Tarian ini memainkan peran penting dalam kehidupan di sekitar Gunung Dempo dan hanya sedikit orang yang terpilih untuk menerima ilmu dari guru besar yang berada di Dompu.
Meskipun sampai saat ini masih menjadi misteri, masih belum terungkap apakah guru besar tersebut merupakan manusia biasa atau makhluk gaib.
Selain cerita Manusia Harimau, legenda lain yang terkait dengan Gunung Dempo adalah legenda Si Pahit Lidah dan Si Mata Empat.
Si Pahit Lidah, nenek moyang dari Suku Basemah di wilayah Sumatera Selatan bagian Barat dan Bengkulu, terlibat dalam pertarungan sengit dengan Si Mata Empat, nenek moyang dari Suku Komering dan Lampung.
BACA JUGA:Istana Tua Berusia 1000 Tahun Ditemukan Warga, Diduga Kerajaan Besar Milik Raja Airlangga!
Pertarungan ini berakhir dengan kematian keduanya. Sebelum meninggal, Si Pahit Lidah mengutuk keturunan Si Mata Empat yang menginjakkan kakinya di Gunung Dempo, dengan ancaman kesialan.
Hingga saat ini, para juru kunci di Gunung Dempo melarang keturunan Suku Komering dan Lampung untuk mendaki gunung tersebut, kecuali didampingi oleh juru kunci atau penduduk Pagaralam.
Terdapat juga mitos yang berkembang di sekitar Gunung Dempo, yaitu keajaiban kumandang adzan yang dapat membuka kabut tebal yang menghalangi perjalanan.
Pendaki sering mengalami kabut tebal di tengah perjalanan, dan dalam keadaan tersebut, mengumandangkan adzan diyakini sebagai solusinya.