PAGARALAMPOS.COM – Dalam dunia yang mengalami kehancuran ekonomi, media AS bersekongkol dengan pemerintah untuk menjaga populasi dengan kombinasi kebijakan yang kaku dan tayangan rutin reality show di televisi.
Sementara itu salahsatu orang paling berkuasa di dunia, adalah pembawa acara sebuah reality show.
BACA JUGA:Kontoversi 3 Ton Logam Mulia Terkubur di Gunung Padang
Terdengar akrab? Itulah tahun 2017 yang ditunjukkan dalam film thriller aksi The Running Man ketika dirilis 30 tahun lalu seperti dilansir BBC Indonesia.
Jika kita melihat kondisi kita pada 2017, sejauh mana kesamaannya dengan apa yang digambarkan The Running Man tentang politik, media, teknologi pada tahun tersebut?
BACA JUGA:Tradisi Aneh Suku di Indonesia, Ritual Malam Perkawinannya Kok Begitu
Disutradarai Paul Michael Glaser, film ini menggambarkan Amerika yang bobrok, tempat para kriminal dipaksa berkompetisi dalam acara permainan yang penuh kekerasan di televisi.
Film bergenre action, thriller, sci-fi ini menceritakan tentang para tahanan yang harus terus berlari dari para pembunuh profesional dalam sebuah acara TV.
BACA JUGA:Mitos Atlantis Yang Hilang, Seperti Ini Jejak Peradaban Yang Hilang
Acara paling sukses adalah Running Man, yang di dalamnya narapidana berusaha bertahan hidup selama tiga jam dalam arena luas, dipenuhi para tentara bayaran mirip-gladiator yang disebut ‘stalkers’.
Jika menang, mereka akan dibebaskan –tapi tentu saja, tak ada yang pernah menang.
Sinopsis: Film tahun 80-an ini bercerita tentang situasi tahun 2017 yang kacau-balau.
BACA JUGA:Ciri-ciri Atlantis Sudah Terlihat! Sejarah Peradaban Kuno Yang Hilang Ternyata Ini
Kejahatan merajalela di banyak tempat. Keadaan tersebut diperparah dengan kebijakan pemerintah yang melarang acara hiburan di negara tersebut.
Keadaan yang suram bertambah mencekam. Masyarakat hidup dalam ketakutan dan kecemasan.