PAGARALAMPOS.COM - Sebagai negara yang kaya akan budaya dan cerita rakyat, Indonesia telah mewarisi banyak kisah-kisah yang melegenda, salah satunya adalah cerita tentang Dewi Anjani yang dikaitkan dengan Gunung Rinjani di pulau Lombok, Nusa Tenggara Barat.
Kisah ini telah berabad-abad beredar di kalangan masyarakat, dan hingga kini masih tetap menjadi cerita yang menarik dan berarti bagi kehidupan orang-orang di sekitar gunung yang mempesona ini.
Dewi Anjani, menurut cerita rakyat Lombok, adalah putri dari Resi Gotama dan Dewi Windradi. Dia memiliki dua orang saudara, yakni Guwarsa (Subali) dan Guwa Resi (Sugriwa).
Cerita ini menyentuh hati dan membawa makna mendalam bagi masyarakat setempat. Dewi Anjani menjadi tokoh yang mencerminkan nilai-nilai kearifan lokal, keteguhan hati, dan keberanian dalam menghadapi ujian hidup.
Cerita tentang Dewi Anjani dihubungkan dengan sebuah pusaka kedewataan bernama Cupumanik Astagina yang diberikan oleh Bhatara Surya kepada Dewi Windradi.
Namun, Bhatara Surya memberikan syarat bahwa pusaka tersebut tidak boleh ditunjukkan kepada siapa pun, termasuk anak-anaknya.
Meskipun demikian, karena rasa sayang yang mendalam, Dewi Windradi akhirnya memberikan pusaka Cupumanik kepada Dewi Anjani.
Namun, saat saudara-saudaranya mencoba menyentuh pusaka tersebut, kebenarannya terbongkar, dan hubungan Dewi Windradi terungkap.
Resi Gotama, ayah mereka, marah dan mengutuk Dewi Windradi menjadi batu serta melemparkan pusaka sakti ke udara yang diperebutkan oleh ketiga anaknya.
Pusaka itu terbelah menjadi dua dan menjadi sebuah telaga. Mereka yang menyentuh telaga itu seketika terkutuk dan berubah menjadi kera. Resi Gotama memerintahkan mereka untuk bertapa sebagai upaya menebus dosa.
Suatu hari, Batara Guru melewati Telaga Madirda, Dieng, yang merupakan tempat Dewi Anjani sedang bertapa.
Melihat Dewi Anjani yang kurus kering, Batara Guru memberikan dedaunan sinom dan Dewi Anjani memakannya.
BACA JUGA:Bikin Gempar Dunia! Benarkah Piramida Dibangun Oleh Raksasa? Adakah Kaitanya Dengan Kaum Ad