PAGARALAMPOS.COM - Benarkah Kerajaan Sriwijaya Didirikan Dapunta Hyang Sri Jayasana? Ini Penjelasanya. Di Indonesia ada banyak kerajaan-kerajaan yang mengawali sejarah nusantara dengan latar agama yang berbeda-beda. Salah satunya adalah Kerajaan Sriwijaya yaitu sebuah kerajaan Buddha yang pernah berdiri di nusantara dan diperkirakan berdiri pada sekitar abad ketujuh. Kerajaan ini didirikan oleh Dapunta Hyang Sri Jayasana dan memiliki pusat pemerintahan yang diperkirakan berada di sekitar tepian Sungai Musi di Palembang Sumatera Selatan.
BACA JUGA: Menggali Rahasia Atlantis, di Situs Gunung Padang? Pada masa kekuasaannya, Kerajaan Sriwijaya banyak memberikan pengaruh di nusantara. Ada beberapa bukti dari keberadaan Kerajaan Sriwijaya yaitu dari peninggalannya yang berupa candi hingga prasasti dan lainnya. Sejarah Kerajaan Sriwijaya Nama dari Sriwijaya diambil dari bahasa Sansekerta yaitu berasal dari kata Sri yang artinya adalah cahaya serta Wijaya yang memiliki arti kemenangan. Sehingga, arti dari nama kerajaan ini adalah kemenangan yang gemilang.
BACA JUGA:Frigat KRI I Gusti Ngurah Rai 332 Muntahkan Rudal Anti Kapal Exocet MM40 Block 3, Targetnya Hancurkah? Sebagai sebuah negara maritim, berdirinya Kerajaan Sriwijaya memberikan pengaruh yang cukup besar di nusantara. Kerajaan ini diketahui berdiri pada sekitar abad ketujuh dan pendiri dari kerajaan ini adalah Dapunta Hyang Sri Jayansa. Pada masa-masa kejayaannya, Kerajaan Sriwijaya mengontrol perdagangan jalur utama. Selat Malaka serta daerah-daerah kekuasaannya meliputi Thailand Selatan, Kamboja, Sumatera, Semananjung Malaya hingga sebagian dari wilayah Jawa. Selain itu, kebesaran dari Kerajaan Sriwijaya juga dapat dilihat dari keberhasilan kerajaan tersebut pada beberapa bidang seperti politik, maritim hingga ekonomi.
BACA JUGA:Frigat KRI I Gusti Ngurah Rai 332 Muntahkan Rudal Anti Kapal Exocet MM40 Block 3, Targetnya Hancurkah? Historiografi dari Kerajaan Sriwijaya didapatkan serta disusun dari dua macam sumber utama antara lain adalah catatan sejarah Tiongkok serta beberapa prasasti batu di Asia Tenggara yang telah ditemukan serta diterjemahkan. Masa-masa Kejayaan Kerajaan Sriwijaya Menurut sumber sejarah dari Arab, Sriwijaya disebut dengan nama Sribuza. Pada tahun 955 M, seorang musafir (pengelana) dan sejarawan Arab klasik bernama Al Masudi menulis catatan tentang Sriwijaya. Dalam catatannya, dia menggambarkan Sriwijaya sebagai sebuah kerajaan besar yang kaya raya dengan tentara yang sangat banyak. Dia juga menuliskan bahwa kapal yang tercepat pun dalam waktu dua tahun tidak cukup untuk mengelilingi seluruh pulau wilayah kerajaan Sriwijaya.
BACA JUGA:Sudah Dipastikan Legenda Atlantis Kota Yang Hilang Ada Di Indonesia? Ini Faktanya! Hasil bumi dari Kerajaan Sriwijaya meliputi kapur barus, kayu gaharu, cengkih, kayu cendana, pala, kapulaga, gambir, dan beberapa hasil bumi lainnya. Catatan lain menyebutkan bahwa Sriwijaya maju dalam bidang pertanian. Hal ini diketahui dari seorang ahli dari Bangsa Persia bernama Abu Zaid Hasan yang mendapat informasi dari Sujaimana, seorang pedagang Arab. Abu Zaid menulis bahwa Kerajaan Zabaj (yaitu Sriwijaya atau Jawa) memiliki tanah yang cukup subur dan memiliki pengaruh yang luas sampai ke lautan.
BACA JUGA:Terdengar Irama Musik Dari Situs Gunung Padang Yang Disebut Gunung Cahaya, Pertanda Apakah itu? Kedatuan Sriwijaya ditandai sebagai kerajaan maritim. Mereka mengandalkan kekuatan armada lautnya dalam menguasai alur pelayaran, jalur perdagangan, menguasai dan membangun beberapa kawasan strategis sebagai pangkalan armadanya untuk mengawasi, melindungi kapal-kapal dagang, mengumpulkan pajak, serta untuk menjaga wilayah kedaulatan dan kekuasaannya. Namun, Pangeran Balaputradewa menentang pemerintahan Pikatan dan Pramodhawardhani di Jawa Tengah. Hubungan antara Balaputra dan Pramodhawardhani diinterpretasikan secara berbeda oleh beberapa sejarawan. Teori yang lebih lama menurut Bosch dan De Casparis menyatakan bahwa Balaputra adalah anak dari Samaratungga, yang berarti dia adalah adik dari Pramodhawardhani.
BACA JUGA:Terdengar Irama Musik Dari Situs Gunung Padang Yang Disebut Gunung Cahaya, Pertanda Apakah itu? Sejarawan dari generasi selanjutnya, seperti Muljana, di sisi lain, berpendapat bahwa Balaputra adalah anak dari Rakai Warak dan adik dari Samaratungga, yang berarti dia adalah paman dari Pramodhawardhani. Secara jelas tidak diketahui apakah Balaputradewa tergeser dari Jawa Tengah karena kalah dalam perselisihan suksesi melawan Pikatan, atau dia sudah memerintah di Suwarnadwipa (Sumatra) sebelum perselisihan suksesi ini terjadi. Namun, tampaknya wangsa Sailendra akhirnya terpecah menjadi dua; yaitu Jawa Tengah yang dikuasai oleh Pikatan-Pramodawardhani dan Palembang yang dikuasai oleh Balaputradewa. Beberapa sejarawan berpendapat bahwa Balaputradewa akhirnya menguasai cabang Sumatra dari wangsa Sailendra dan berkuasa di ibu kota Sriwijaya di Palembang.
BACA JUGA:Terdengar Irama Musik Dari Situs Gunung Padang Yang Disebut Gunung Cahaya, Pertanda Apakah itu? Hal ini karena ibunda Balaputradewa, Dewi Tara, permaisuri Raja Rakai Warak adalah putri dari Sriwijaya, yang menjadikan Balaputradewa sebagai pewaris takhta Sriwijaya di Sumatra. Balaputradewa kemudian dinobatkan sebagai Maharaja Sriwijaya, dan dia mengklaim dirinya sebagai pewaris sah dari wangsa Sailendra dari Jawa, seperti yang dicatat dalam Prasasti Nalanda yang bertanggal 860. (*)