Stephen King adalah penulis fiksi favorit saya (dan mungkin favorit semua orang).
BACA JUGA:Sangat Berharga! Menggali Keindahan Budaya yang Tersembunyi Warisan Suku Batak
Satu lagi hal yang perlu dicatat, Creepshow adalah sebuah homage yang dipersembahkan pada kultur komik horor pulp tahun 50-an.
Seperti seri ‘Tales From The Crypt’ dan ‘Vault of Horror’.
Ketika pada zamannya komik horor semacam itu dianggap murahan, tidak berbudaya, tidak mendidik dan dianggap sampah oleh kebanyakan orangtua.
BACA JUGA:Sedikit Seram! Ini Nama 4 Suku Asli Kalimantan Dengan Budaya
Komik-komik seperti itu biasanya berisikan beberapa cerita pendek horor lintas genre yang memiliki ke-khas-an tersendiri.
Dan seringkali dibuka oleh satu (atau lebih) ‘host’ yang berfungsi sebagai pengantar cerita.
Host dalam komik-komik horor ini biasanya berwujud seram, dari mulai nenek sihir sampai hantu.
BACA JUGA:Eksplorasi Budaya, Suku Keturunan Tionghoa Ternyata Ada di Sumatera, Simak Disini!
Dalam Creepshow, host-nya adalah sosok yang sudah saya sebut sebelumnya: the Creeper yang ikonik.
Ia tidak memiliki dialog, dan hanya berperan sebagai pengantar cerita saja di setiap segmen dalam Creepshow.
Tak hanya itu, pengaruh kuat gaya komik juga bisa kita lihat dalam beberapa adegan di Creepshow.
BACA JUGA:Menelusuri Pesona Budaya Suku di Pulau Sumatera, Keharmonisan dalam Keberagaman
Creepshow yang berisi 5 segmen cerita pendek ini dibuka dengan sebuah prolog:
Terlihat seorang laki-laki bernama Stan sedang memarahi sambil menyita sebuah komik horor milik anaknya yang bernama Billy.