Namun, apa sebab kerajaan kecil di pulau Jawa ini tak bisa ditaklukkan di masa Raden Wijaya pendiri Majapahit pada 1923 M. Yang merupakan menantu Kertanegara, raja Kerajaan Singasari.
Ternyata faktor alam menjadi keuntungan Pajajaran untuk sulit ditakkukkan. Yuk kita simak.
Ibu Kota Pajajaran sempat berpindah-pindah dari Galuh, Pakuan, Saunggalah, Pakuan, Kawali, dan Pakuan. Ibu kota Pajajaran dibagi ke dalam dua bagian, yaitu Kota bagian Dalam dan Kota bagian Luar.
BACA JUGA:MENARIK! Ternyata 4 Suku Asli Jambi Berasal Dari Sriwijaya Dan Minangkabau
Kota Dalam dan Kota Luar dibatasi benteng alam berupa bukit memanjang di sebelah timur.
Mahapatih Gajah Mada Enggan Menyerang Pajajaran
Struktur Ibu Kota Pajajaran diperkuat oleh sungai alam, parit kecil yang melewati bagian barat keraton, dan benteng buatan di selatan.
Benteng yang berlapis-lapis ini dibuat untuk menangkis serangan pasukan Islam dari luar (Demak, Banten, dan Cirebon).
Wilayah Sunda, khususnya Kerajaan Sunda merupakan wilayah yang unik bagi Majapahit. Disebutkan bahwa Mahapatih Gajah Mada sampai enggan untuk menyerang secara militer.
Padahal wilayah Sunda merupakan bagian yang dibidik oleh Gajah Mada supaya sumpahnya untuk menyatukan Nusantara terwujud.
BACA JUGA:Bikin Penasaran! Yuk Cari Tau 3 Fakta Menarik Tentang Gunung Padang Disini
Kerajaan Sunda bukanlah kerajaan lemah. Pusat pemerintahan atau ibu kota terakhir Pajajaran sebelum hancur oleh pasukan Islam dari Demak dan Banten berada di sebuah kota bernama Dayo.
Awal lahirnya Majapahit, berawal terjadinya pemberontakan di Singasari yang dilakukan oleh Jayakatwang.
1292 M, yang menyebabkan runtuhnya Singasari. Sehingga Raden Wijaya terpaksa melarikan diri bersama Arya Wiraraja.
Raden Wijaya kemudian mendiami sebuah hutan di Trowulan yang merupakan tanah sima pada masa Kerajaan Singasari. Wilayah ini kemudian dinamakan Majapahit.