Sementara itu, kapal Laksamana Cheng Ho berkekuatan 275-500 ton.
Tidak kurang dari sepuluh ribu kargo yang tingginya mencapai 4-7 m. Yang membuatnya hebat adalah pembuatannya tidak menggunakan bahan besi, melainkan hanya kayu.
Hal itu juga berlaku untuk kapal pinisi. Para pelaut Nusantara pada zaman dulu memasang pasak dengan kuat agar mampu menempelkan setiap bagian kapal.
Susunan bagian dinding adalah dari lapisan-lapisan papan kayu jati terbaik. Ada juga semacam cadik atau dayung dari dua bilah yang berada pada belakang dek kapal.
BACA JUGA:Wow! Ternyata 5 Suku Asli Sumsel Ini Keturunan Majapahit Lho!
Pada setiap kapal Jung ada beberapa jenis layar besar, lengkap dengan sebuah busur berukuran besar yang berfungsi untuk pengendali angin.
Menjadi Andalan Kerajaan Majapahit dan Sekaligus Simbol Kekuatan Maritim
Pierre Yves Manguin seorang arkeolog yang juga rekan sejarawan Denys Lombard pernah memberikan deskripsi tentang kapal Jung.
Dengan perwujudan sebagai kapal raksasa yang berasal dari galangan kapal tidak jauh dari kawasan hutan jati Cirebon, Jepara, dan Tuban.
BACA JUGA:Apakah Benar 5 Suku Asli Sumsel Ini Keturunan Majapahit? Begini Ulasan Lengkapnya!
Selain menjadi kendaraan militer Majapahit, kapal ini juga merupakan kapal utama untuk perdagangan antar penduduk Asia Tenggara.
Sekilas sejarah tersebut tidak lepas dari kekuasaan kerajaan Majapahit pada masa kejayaan yang tercatat pada Kakawin Nagarakretagama pupuh XIII-XV.
Wilayah kekuasaan Majapahit adalah Sumatera, Kalimantan, Sulawesi, Nusa Tenggara, Papua, semenanjung Malaya, Aibku, Papua, Singapura, dan Filipina.
Sumber ini menunjukkan batas terluas sekaligus puncak kejayaan Kemaharajaan Majapahit.
BACA JUGA:Belum Terpecahkan, Ini Beragam Versi Tentang Si Pahit Lidah Adalah Utusan Majapahit di Sumsel!
Banyak Sumber Sejarah Dunia yang Menceritakan Kapal Jung