Menurut Goodstats.id, ada 7.670.000 diaspora China di Indonesia. Nomor dua terbanyak setelah Thailand yaitu 9.300.000.
Sebaran orang China yang dimaksud adalah "Diaspora China” atau Orang China perantauan, yakni orang-orang dengan keturunan China yang menetap di luar China.
Istilah ini berlaku bagi orang-orang yang lahir di China dan berdarah China yang menjadi warga negara tetap atau menetap sementara di negara asing.
BACA JUGA:Mengapa Alam Bangka Terjaga? Mengupas Kehidupan Suku Mapur yang Konsisten Melestarikan Alam
Thailand dan Indonesia menjadi negara dengan diaspora China terbanyak, masing-masing mencatat angka 9,3 juta dan 7,6 juta jiwa.
Sebagian besar diaspora China tersebar di kawasan Asia Tenggara. Dikutip dari National Geographic Indonesia, catatan sejarah juga merekam gelombang besar kedatangan Tionghoa dari abad ke-18 hingga abad ke-20.
Pada masa kolonial Belanda, banyak orang Tionghoa yang datang sebagai buruh perkebunan atau pekerja tambang timah.
Migrasi ini mencapai puncaknya pada perempat awal tahun 1900-an, dengan masuknya sekitar setengah juta etnis Tionghoa ke Hindia-Belanda.
BACA JUGA:Apa yang Membuat Suku Akit Menjadi Penduduk Asli Pulau Rupat di Provinsi Riau? Begini Penjelasannya!
Dalam gelombang migrasi tersebut, terjadi pula proses peleburan dan kawin campur. Demograf M. Sairi Hasbullah menyebutkan bahwa migran Tionghoa di awal abad ke-20 sangat didominasi oleh laki-laki yang menjadi pekerja migran.
Berdasarkan sensus Hindia-Belanda tahun 1930, rasio jenis kelamin penduduk Tionghoa adalah 155 laki-laki berbanding 100 perempuan.
Suku bangsa terbesar kelima belas di Indonesia
--
Dari hasil sensus 2000, tercatat bahwa orang Tionghoa merupakan suku bangsa terbesar kelima belas di Indonesia. Terdapat 1.738.936 penduduk yang mengaku sebagai orang Tionghoa, yang mencakup 0,86 persen dari seluruh penduduk Indonesia.
Angka persentase ini menurun jika dibandingkan dengan sensus tahun 1930. Pada sensus tersebut, tercatat bahwa orang Tionghoa mencakup 2,03 persen dari penduduk Indonesia, atau sekitar 1.233.000 jiwa.
Penurunan ini kemudian dikaji oleh para demograf. Mereka menyimpulkan bahwa banyak orang yang menolak mengaku dirinya sebagai Tionghoa.