Setiap hari, para tentara kekaisaran memburu rakyat jelata, mengumpulkan mereka, dan mengeksekusinya.
Bahkan, mereka tak jarang melakukan eksekusi kepada rakyat hanya untuk sebuah kesenangan belaka.
Sebuah hal yang tentu saja mencederai asas-asas kemanusiaan.
BACA JUGA:The Children of Huang Shi (2008), Antara Cinta, Tanggungjawab dan Keberanian (02)
Dalam film berdurasi 132 menit ini, kita seolah-olah dibawa untuk menyaksikan betapa parahnya kekejaman tentara Jepang kala itu.
Ketika melakukan okupasi atas China daratan, tentara Jepang tak segan-segan melakukan pembantaian terhadap siapapun yang mereka temui.
Mulai dari laki-laki dewasa, hingga anak-anak yang masih bayi sekalipun.
BACA JUGA:The Children of Huang Shi (2008), Antara Cinta, Tanggungjawab dan Keberanian (03)
Selain itu, dalam film ‘Nanjing: City of Life and Death’ juga dengan jelas disuguhkan bagaimana para tentara Jepang tersebut memperlakukan para wanita yang mereka temui.
Dan sebuah hal yang ironis, ketika para wanita tersebut mati karena tak kuat menahan beratnya beban yang harus mereka tanggung, mayat-mayat mereka hanya ditumpuk dengan gerobak untuk kemudian dibuang begitu saja, tanpa ada penguburan atau penghormatan terhadap orang mati dengan layak.
BACA JUGA:The Impossible, Kegigihan Usaha Sebuah Keluarga yang Mengharukan dan Inspirasional (01)
Sinopsis: 9 Desember 1937, kota Nanking berada dalam kepungan tentara Jepang.
Sepertinya ibukota China ini sudah tak punya harapan lagi.
Banjir darah akan menggenangi kota dan entah berapa ribu nyawa yang akan jadi korban.
Meski tak ada harapan namun tentara China masih tak mau menyerah.
BACA JUGA:The Impossible, Kegigihan Usaha Sebuah Keluarga yang Mengharukan dan Inspirasional (02)