PAGARALAMPOS.COM - Peninggalan Zaman lalu selalu enak untuk dibahas dan digali, sebab ini bukti Indonesai kaya akan sejarah kerajaan-kerajaan masa lampau.
Hari Jadi Kota Surabaya selalu dikaitkan dengan Raden Wijaya , pendiri Kerajaan Majapahit tahun 1293. Namun nyaris tidak ada peninggalan purbakala masa Majapahit, b iasanya, orang beranggapan bahwa peninggalan sejarah itu berupa artefak, batu bersurat, prasasti, dan candi yang dipengaruhi agama Hindu dan Budha. Sedangkan yang bercorak Islam, adalah akhir masa kejayaan Majapahit.
BACA JUGA:Mengenal Lebih Dekat Sejarah Puyang Serunting Sakti dan Semidang Yousri Nur Raja Agam dalam bukunya, Riwayat Surabaya rek, Doeloe dan Esok menulis, pengaruh Majapahit di Surabaya, mungkin tidak banyak bercerita tentang kepurbakalaan. Di Surabaya sama sekali tidak ditemukan candi dan batu-batu bersurat yang biasa disebut prasasti. Dalam buku Negara Kertagama dan kitab Pararaton, dinyatakan pembangunan candi bertalian erat dengan peristiwa wafatnya seorang raja. Sebuah candi didirikan sebagai tempat untuk mengabdikan dharma dan memuliakan roh yang telah bersatu dengan dewa penitisnya.
Walaupun tidak ada candi sebagai lambang peninggalan purbakala, di Surabaya terdapat peninggalan masa lalu berupa punden dan makam yang dikeramatkan. Selain itu ada satu tempat yang unik, yakni persemayaman Patung Joko Dolok di Jalan Taman Apsari Surabaya, berdekatan dengan gedung Balai Wartawan Persatuan Wartawan Indonesia (PWI) Jawa Timur. Dalam berbagai ungkapan, diceritakan, patung Joko Dolog ini bukan peninggalan Kerajaan Majapahit, tetapi berasal dari Kerajaan Singasari. Di tengah Kota Surabaya banyak komplek makam yang masih terawat hingga sekarang.
BACA JUGA:Taklukan Pajajaran, Kesultanan Demak Mulai Sebarkan Islam Ditanah jawa, Ini ceritanya!
Di antaranya makam Mbah Bungkul di Jalan Raya Darmo dan makam Sunan Ampel di komplek Masjid Ampel. Selain itu, makam Raden Kudo Kardono alias Pangeran Yudho Kardhono, makam Pangiran Lanang Dangiran alias Mbah Brondong, makam Oei Sam Hong alias Mbah Buyut Sambongan.
Makam Pangeran Pekik alias Mbah Pendem, makam Sawunggaling, makam Pangeran Sedho Masjid dan beberapa makam keramat lainnya yang terdapat di kampung-kampung di kota Surabaya. Makam Pangeran Yudho Kardhono terletak di Jalan Cempaka Surabaya. Sang pangeran adalah komandan perang kepercayaan raja Majapahit ke dua setelah Raden Wijaya, yakni, Raja Jayanegara yang memerintah tahun 1309-1328.
BACA JUGA:Tak Tertaklukan Oleh Majapahit, inilah Silsilah dan Peninggalan Kerajaan Padjajaran
BACA JUGA:Ternyata Mempunyai Segudang Manfaat, Inilah Alasan Mengapa Kamu Harus Minum Kopi Tanpa Gula Nama asli Pangeran Yudho Kardhono adalah Raden Kudo Kardono. Lalu makam Pangiran Lanang Dangiran atau Ki Ageng Lanang Dangiran yang juga disebut Mbah Brondong. Makam ini terletak di komplek pemakaman atau pesarean Botoputih Jalan Pegirian, Surabaya. Mbah Brondong ini dalam riwayatnya disebut mast keturunan Sunan Tawangalun alias Pangeran Kedawung dani Kerajaan Blambangan.
BACA JUGA:Benarkah Rumah Lunjuk Bertiang Satu Pernah di Singgahi Si Pahit Lidah? Yuk Simak Penjelasanya
BACA JUGA:Miliki Strategi Hebat, Kerajaan Padjadjaran Tak Kalah Dengan Majapahit