PAGARALAMPOS.COM - Seni sastra tutur lisan berperan besar dalam penyebaran ajaran Islam di Tanah Besemah-termasuk di Pagaralam. Lewat tadut, ajaran Islam disebut lebih mudah diterima.
Malam ini malam jemahat kah masuk malam Sabtu
Perintah Nabi Muhammad ngajung semayang lime waktu
Malam ini malam Sabtu kah masuk malam Ahad
Semayang lime waktu jangan benagh berbuat jahat
BACA JUGA:5 Suku Asli Yang Ada di Provinsi Sumatera Selatan, Nomor 1 Merupakan Keturunan Majapahit
Itulah beberapa contoh syair tadut yang sebenarnya masih ada sambungannya. Dalam syair-syair ini terdapat pesan bagi umat Islam untuk melaksanakan sholat lima waktu dalam sehari satu semalam. Juga pesan untuk tidak berbuat jahat berikut dengan hukumannya.
“Syair-syair tadut memang kental dengan ajaran Islam,”ujar Pemerhati Budaya Besemah Asmadi, kepada Pagaralam Pos ketika ditemui di kediamannya kemarin.
Menurut Mady, tadut berasal dari Bahasa Arab tahadut yang berarti menghafal berulang-ulang. Tadut kata dia, pertamakali dibawakan para pedagang Arab untuk menyebarkan ajaran Islam di Tanah Besemah.
Rukun Islam dan rukun iman misalnya dicontohkannya, dijadikan syair-syair berirama dengan Bahasa Besemah. “Dengan menggunakan tadut, ajaran Islam mudah diterima,”tutur Mady.
BACA JUGA:BESEMAH! Satu Dari 12 Suku Yang Ada di Sumsel, Ternyata Suku Besemah Menolak Tunduk Kepada Penjajah
Bila tak menggunakan tadut, Mady tak yakin, ajaran Islam bisa dengan mudah diterima di masyarakat Besemah. Diawali para pedagang Arab, tadut kemudian dipakai masyarakat Besemah. Bertadut, kata Mady, biasanya dilakukan ketika ada musibah kematian.
Di rumah duka, masyarakat berkumpul untuk bertadut. Syair-syair yang sarat ajaran Islam dilantunkan.
Rismala (40), seorang anak seorang penggiat tadut di Dusun Gunung Agung Lama Kelurahan Agung Lawangan Kecamatan Dempo Utara membenarkan pernyataan Mady.
Kata dia, tadut, memang digunakan sebagai metode untuk menyebarkan ajaran Islam seperti rukun iman, rukun islam, sifat 20 dan lainnya.