BACA JUGA:Akulturasi Budaya Islam dan Besemah: Saling Melengkapi, Saling Mewarnai
Disayangkan, misteri tersebut dikemas tidak semenarik film pertama.
Tidak ada teka-teki yang membuat penasaran seperti halnya bagaimana caranya Blackwood bisa hidup kembali.
Justru sekuelnya lebih membosankan untuk kita mengikuti setiap sepak terjang Holmes dalam usahanya membuktikan Professor Moriarty adalah orang jahat.
Dengan cerita yang bergerak bagaikan ‘bayangan’, plot demi plot, sekaligus misteri yang coba dibangun pun tidak berhasil menciptakan chemistry di antara penonton dengan apa yang mereka tonton.
BACA JUGA:Kering Tanpa Budaya? Ini Budaya Pagaralam
Holmes semakin terlihat tidak terurus di sini, apalagi semenjak ditinggal ‘sidekick’-nya yang mau menikah, nampak seperti Tony Stark yang kehilangan Jarvis setelah tidak sengaja menekan tombol delete dan menghapusnya.
Porsi kemunculannya pun semakin banyak, padahal banyak karakter baru yang perlu juga diceritakan.
Oke, kita perlu Holmes untuk menjelaskan setiap misteri yang ada, meng-update penonton dengan perkembangan kasus yang dia tangani.
BACA JUGA: 9 Fakta Unik Uma Lengge, Wisata Budaya Di Kabupaten Bima NTB
Tapi kadang Holmes muncul pada bagian-bagian yang sepertinya tidak penting, beberapakali kita diperlihatkan hobi barunya yang nyentrik itu.
Hampir keseluruhan durasi kita dipaksa untuk terus melihat wajah Holmes, agak bosan, padahal film ini punya Moriarty, sebagai lawan tangguh yang sepantasnya juga mendapatkan perhatian.
Namun sayangnya porsi untuk mendalami karakternya justru ‘dicuri’ oleh Holmes yang bisa dikatakan muncul di mana-mana.
BACA JUGA:6 Destinasi Wisata Di Lombok Tengah ini, Bakalan Bikin Kamu Belajar Budaya Dan Refreshing!
Simza (Noomi Rapace) juga tampak sebagai ‘pemanis’ atau lebih tepatnya teman jalan-jalan Holmes dan Watson, tanpa peran yang cukup berarti di film ini.
Sherlock Holmes: A Game of Shadows pada dasarnya memiliki formula yang sama dengan kisah film prekuelnya.